Kripto adalah Alat Tukar yang Berjaya di Transaksi Pasar Gelap
Keywords: Kripto adalah, apa itu kripto
TL;DR
Segera setelah menduduki tampuk kepemimpinan, Presiden Trump menyetop pendanaan USAID dan memberikan grasi ke pendiri Silk Road, Ross Ulbricht. Silk Road merupakan pasar gelap digital yang memperjualbelikan barang terlarang seperti narkoba, senjata tajam, kartu identitas palsu, sampai jasa pembunuh bayaran. Selama dua setengah tahun (2011-2013) Silk Road berdiri, jumlah transaksinya tidak main-main: total penjualan sebesar USD1,2 miliar dan komisi sebesar USD80 juta untuk Ulbricht.
Besar kemungkinan kerajaan kejahatan Ulbricht tidak akan sebesar ini andai saja ia menggunakan uang fiat sebagai metode pembayaran. Kesuksesannya berasal dari metode pembayaran baru–yang mungkin tidak akan dikenal publik andai saja Ulbricht tidak ketahuan. Nama metode itu adalah bitcoin.
Nilai Tukar Uang Digital di Pasar Gelap
Singkatnya, bitcoin adalah bagian dari kripto (cryptocurrency) alias mata uang digital. Dibuat oleh Satoshi Nakamoto di tahun 2009, proses pembuatan dan distribusinya bisa dilakukan oleh siapa saja, tanpa diatur oleh badan otoritas tertentu. Bitcoin dibuat menggunakan teknologi blockchain yang mencatat dan melacak semua transaksi dalam jaringan bisnis. Catatan yang dibuat tidak bisa diubah, membuat bitcoin menjadi metode pembayaran yang terpercaya.
Sebelum meledak seperti sekarang, bitcoin ditukarkan layaknya recehan untuk tukang parkir. Adalah Laszlo Hanyecz yang pertama kali menggunakan 10.000 bitcoin (setara $41 atau Rp372.362 dengan kurs tahun 2010) untuk membeli dua pizza di 10 Mei 2010. Sekarang nilainya setara dengan $969,7 juta.
Menggelembungnya harga bitcoin tidak bisa dilepaskan dari kontroversi kasus Silk Road dan terbatasnya jumlah bitcoin yang bisa “ditambang”. Total bitcoin yang beredar di pasaran sekarang diestimasikan mencapai angka 20 juta dari maksimalnya sebesarnya 21 juta.
Keterbatasan ini membuat orang-orang ikut menciptakan koin mereka sendiri. Dari yang namanya serius sampai berasal dari kultur jenaka internet alias memecoin. Salah satu yang berpartisipasi dalam tren ini, ironisnya, adalah Presiden Donald Trump.
Kemunculan koin-koin anyar ini melahirkan dua fenomena besar: pasar spekulasi baru dan metode pembayaran kriminal terbaru. Apa yang menyebabkan mereka digemari?
Kripto dan Kejahatan di Segitiga Emas
Faktor-faktor ini yang membuat kripto menjadi bagian integral dalam segitiga emas Thailand-Laos-Kamboja. Daerah ini merupakan bagian dari Zona Ekonomi Spesial Segitiga Emas (Golden Triangle Special Economic Zone, disingkat GTSEZ) yang dijalankan oleh gangster Tiongkok, Zhao Wei.
Ratusan ribu orang dari berbagai negara ASEAN dipaksa bekerja di pusat penipuan (scam center). Korban-korban ini bukan hanya orang-orang berpendidikan rendah yang sengaja mencari pekerjaan abu-abu dengan iming-iming gaji besar, tapi juga orang-orang terpelajar. Mereka memilih pekerjaan ini karena keputusasaan akibat menghilangnya lapangan kerja saat pandemi
Mereka bekerja dibawah situasi yang tidak manusiawi—siksaan dan pemukulan karena tidak memenuhi target kerap terjadi. Salah satu tipe penipuan yang terpaksa mereka lakukan adalah love scam, penipuan kripto, pencucian uang, dan perjudian ilegal.
Penipuan jalur love scam biasanya melibatkan pekerja–yang juga korban perdagangan manusia–untuk berperan sebagai calon kekasih. Mereka mendekati calon korban tipuan asmara via media sosial seperti Facebook dan memulai komunikasi intens. Setelah korban merespons, mereka akan pelan-pelan menjerat dengan memberikan tautan investasi kripto dengan iming-iming keuntungan besar. Setelah korban diperas sampai kering, mereka menghilang.
Laporan yang diterbitkan oleh US Institute of Peace (USIP) memperkirakan kerugian yang diakibatkan oleh situs kripto bodong mencapai lebih dari USD43,8 miliar per tahun. Kerugian ini meliputi korban dari Tiongkok, Amerika Serikat, dan Eropa. Laporan lainnya dari Chainalysis menyebutkan platform belanja daring Huione Guarantee yang punya koneksi dengan konglomerat Kamboja Huione Group menangani transaksi scam crypto sebesar USD49 miliar dari tahun 2021. Kasus ini merupakan bukti keras kegagalan pemerintah Kamboja yang melarang segala jenis transaksi menggunakan kripto di tahun 2019.
Walau kerajaan gelap Zhao merugikan banyak orang, pemerintah Laos dan Myanmar tidak benar-benar serius menindaklanjutinya. Pemerintah Laos mengatakan mereka kesulitan memasuki zona itu karena daerah itu “dikontrol oleh (orang-orang) Tiongkok”. Namun, mungkin keengganan mereka berasal dari fakta bahwa pemerintah Laos ikut diuntungkan dengan adanya zona tersebut.