![Apakah Homoseksual Bisa Menular? [Cek Fakta - Prebunking] Apakah Homoseksual Bisa Menular? [Cek Fakta - Prebunking]](https://files.jurno.id/uploads/images/cekfakta/1715833636_Screenshot-2024-05-16-112637.png)
16 Mei 2024
Ringkasan:
-
Apakah homoseksual bisa menular?
Tidak. Penelitian dan ahli medis seperti Dokter Roslan Yusni Hasan menegaskan bahwa orientasi seksual, termasuk homoseksualitas, tidak bisa menular dari satu orang ke orang lain.
-
Apa kata penelitian tentang homoseksualitas?
Penelitian dari 1994 hingga 2002 menunjukkan bahwa homoseksualitas tidak menyebar dalam pergaulan. Jurnal Archives of Sexual Behavior juga mematahkan mitos bahwa berteman dengan LGBTQ akan mempengaruhi orientasi seksual seseorang.
-
Apakah terapi hormon bisa mengubah orientasi seksual?
Tidak. Terapi hormon tidak dapat mengubah orientasi seksual karena perbedaan ini sudah ada di otak dan bersifat biologis.
-
Apa yang bisa dilakukan untuk mendukung kelompok LGBTQ?
Jangan percaya mitos atau isu yang salah tentang LGBTQ, hindari stigma dan diskriminasi, serta berinteraksi dengan mereka seperti berinteraksi dengan orang lain secara umum.
Kenapa Ini Penting?
Hari Internasional Melawan Homofobia, Transfobia, dan Bifobia ditetapkan setiap tanggal 17 Mei. Peringatan ini bertujuan untuk mengoordinasikan acara-acara internasional yang meningkatkan kesadaran akan pelanggaran hak kelompok Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender, dan Queer (LGBTQ).
Selain itu, semangat dari peringatan yang juga disebut International Day Against Homophobia, Transphobia and Biphobia (IDAHO) ini juga mendorong ketertarikan terhadap perwujudan hak-hak LGBTQ di seluruh dunia yang selama ini terpinggirkan.
Latar Belakang
Namun pada tahun 2016, sejumlah akademisi menyebut jika perilaku LGBT bisa menular. Bahkan mereka meminta Mahkamah Konstitusi (MK) memperluas makna zina, homoseks dan perkosaan dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Mereka meminta KUHP ditafsir ulang sehingga pelaku homoseks dibui 5 tahun.
Untuk meyakinkan majelis konstitusi, para pemohon mengajukan Psikiater Dadang Hawari. Ia menyebut, manusia dilahirkan sebagai heteroseksual. Tapi dalam perkembangannya, terdapat pengaruh sosial yang mengubah orientasi seksual itu.
Lantas, apakah benar tudingan jika homoseksual itu dapat menular?
Pendapat Ahli dan Bantahan
Ahli bedah saraf dari Rumah Sakit RS Mayapada, Dokter Roslan Yusni Hasan menegaskan homoseksual tidak tertular atau menularkan ke orang lain.
Meskipun seseorang memiliki teman dekat atau anggota keluarga dengan orientasi LGBTQ, lanjut Roslan, mereka tidak akan ikut menjadi LGBTQ jika secara biologis memang tidak memiliki potensi homoseksual.
“Orientasi seksual tidak bisa ditularkan. Masyarakat mengira bahwa bergaul dengan orang gay akan membuatnya jadi gay juga,” kata Rosan dikutip dari laman hallosehat.com Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dikutip pada Rabu (15/5/2024).
Berdasarkan sebuah penelitian yang berlangsung dari tahun 1994 hingga 2002, melaporkan bahwa homoseksualitas tidak menyebar dalam pergaulan remaja di Amerika Serikat dan Inggris. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Archives of Sexual Behavior ini pun berhasil mematahkan mitos kalau berteman dengan orang gay atau lesbian akan membuat seseorang jadi memiliki orientasi seksual yang sama.
Pada dasarnya, lanjut Roslan, homoseksualitas sama seperti heteroseksualitas (menyukai lawan jenis) adalah orientasi seksual. Dari berbagai penelitian di seluruh dunia, diketahui bahwa orientasi seksual sudah bisa terbentuk sejak kandungan, yaitu ketika seseorang masih jadi janin.
Ada kode genetik khusus yang membedakan homoseksual dengan heteroseksual, yaitu Xq28. Meskipun belum dapat dipastikan bahwa gen inilah yang menentukan orientasi seksual seseorang, peneliti menyimpulkan bahwa kode genetik ini tetap memiliki peran penting dalam pembentukan identitas seksual manusia.
Gary Wenk, Profesor Psikologi dan Ahli Saraf dari Ohio State University and Medical Center menyebut struktur otak homoseksual cenderung berbeda dengan heteroseksual. Bagian depan hipotalamus seorang heteroseksual hampir dua kali lipat lebih besar dari homoseksual. Ini karena saraf-saraf otak di dalam hipotalamus seorang homoseksual lebih padat sedangkan saraf-saraf otak heteroseksual cenderung renggang.
Perbedaan kadar hormon bisa membuat seseorang cenderung menyukai lawan jenis, sesama jenis, atau keduanya. Akan tetapi, terapi hormon tidak bisa mengubah heteroseksual jadi “homoseksual” kembali.
“Pasalnya, perbedaan reaksi hormon ini terjadinya di otak. Jadi suntik hormon saja tidak akan pernah bisa mengubah orientasi seksual manusia,” tutur Roslan.
Roslan menjelaskan, seseorang menjadi gay pada dasarnya sudah memiliki bakat gay secara biologis. Kemudian seseorang tersebut akan bersosialisasi dengan orang yang memiliki nasib atau pemikiran yang sama dengan dirinya.
Pada orang yang sudah punya bakat homoseksual sejak lahir, orang tersebut menemukan kesamaan dengan orang homoseksual lainnya. Hal ini membuatnya jadi lebih percaya diri dan nyaman dengan identitas dan lingkungan sesama homoseksual. Lama-lama ia pun bisa menerima dan mengakui bahwa dirinya memang terlahir gay.
“Inilah mengapa banyak orang salah sangka bahwa gay itu menular,” tuturnya.
Roslan melanjutkan, bila seseorang tidak memiliki bakat gen homoseksual, tak perlu mengkhawatirkan apakah gay menular. Orientasi seksual tak akan berganti hanya karena seseorang bergaul dengan seorang homoseksual.
Sama halnya ketika seseorang yang heteroseksual tidak bisa menularkan orientasi anda pada orang homoseksual. Orientasi seksual tidak bisa diubah karena memang tak perlu.
“Menjadi seorang homoseksual bukan kesalahan, melainkan keberagaman,” pungkas Roslan.
Solusi
- Tidak mudah percaya mitos atau isu yang beredar tentang LGBTQ
- Tidak memberikan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok LGBTQ
- Tetap berinteraksi dengan kelompok LGBTQ seperti berinteraksi dengan heteroseksual