Pandangan Keliru tentang ASI: Pentingnya Memerah bagi Kesehatan Payudara saat Menyusui

Penulis: Anggita Raissa
Editor: Aditya Widya Putri
Pandangan Keliru tentang ASI: Pentingnya Memerah bagi Kesehatan Payudara saat Menyusui

Memerah ASI penting untuk mengosongkan payudara, mengurangi penyumbatan saluran ASI, dan memastikan kelancaran pemberian ASI eksklusif bagi bayi.

Pada debat kedua Pilkada 2024, Calon Gubernur Jakarta nomor urut 2, Dharma Pongrekun menyampaikan pandangan kontroversial mengenai air susu ibu (ASI) yang tidak perlu disedot-sedot agar keluar dengan lancar.

“Perlu dipersiapkan seorang ibu agar air susunya lancar dengan banyak makan daun katuk, sehingga tidak perlu lagi harus memaksakan disedot air susu ibunya,” kata Dharma pada debat kedua Pilkada Jakarta di Beach City International Stadium, Ancol, Jakarta Utara, Minggu, (27/10/2024).

Pernyataan yang keliru mengenai proses menyusui dapat memengaruhi persepsi masyarakat luas, terutama para ibu baru yang mungkin belum memiliki informasi cukup tentang proses menyusui.

Memerah ASI Penting bagi Kesehatan Ibu dan Bayi

ASI mengandung nutrisi penting seperti antibodi yang berguna untuk daya tahan tubuh bayi. Kandungan antibodi ASI paling banyak terdapat dalam kolostrum, air susu ibu yang keluar pertama kali setelah ibu menjalani proses persalinan.

Secara medis, baik menyusui langsung maupun memerah ASI–dalam konteks Dharma, ia menyebut dengan istilah “disedot”–memiliki sejumlah manfaat yang sama, yakni mengosongkan payudara secara rutin, sehingga mengurangi risiko penyumbatan saluran ASI. 

Semakin sering ASI dikosongkan, maka volume ASI akan semakin banyak. Sebaliknya, jika ASI tidak dikeluarkan dengan cara menyusui langsung atau memerah, maka volume ASI akan semakin seret. Kelenjar susu akan tersumbat (blocked ducts), menghambat aliran ASI keluar dari puting, sehingga bayi sulit mengisap ASI.

Berikut merupakan ciri-ciri ASI tersumbat:

  • Payudara terasa hangat, bengkak, dan tampak kemerahan
  • Muncul milk bleb, yaitu titik putih kecil pada area puting
  • Ada area yang keras dan bengkak yang menimbulkan rasa nyeri saat disentuh
  • ASI keluar hanya sedikit dan terputus-putus, sehingga bayi enggan menyusu

Apabila penyumbatan tersebut terus terjadi, maka akan menyebabkan mastitis—infeksi payudara yang disebabkan oleh penyumbatan saluran ASI. Kemudian masitis juga memicu abses (penumpukan nanah akibat infeksi bakteri).

Ketika terjadi abses, maka cairan di dalam payudara harus segera dikeluarkan agar tidak terjadi peradangan semakin parah. Payudara yang mengalami abses tetap harus diperah, namun ASI yang diperah harus dibuang dan tidak boleh diberikan kepada bayi agar tidak terjadi penularan infeksi.

Selain itu, memerah ASI juga memungkinkan ibu menyediakan cadangan ASI saat mereka tidak dapat menyusui langsung, misalnya saat mereka harus bekerja. Banyak ibu bekerja mengandalkan proses memerah untuk tetap memberikan ASI eksklusif.

Kesimpulan

Pandangan keliru seperti yang disampaikan oleh Dharma Pongrekun berpotensi menimbulkan persepsi negatif terhadap proses menyusui, khususnya bagi para ibu baru. Kementerian Kesehatan RI, telah mempromosikan pentingnya pemberian ASI bagi perkembangan bayi.

Klaim Dharma Pongrekun bahwa “ASI tidak perlu disedot-sedot” tidak akurat secara medis. Proses memerah ASI adalah bagian penting dalam memastikan kesehatan payudara ibu dan kelancaran pemberian ASI kepada bayi.