[Prebunking] Emisi Kendaraan Bermotor Bukan Penyebab Utama Pencemaran Udara

Penulis: Fajar Nugraha
Editor: Aditya Widya Putri
[Prebunking] Emisi Kendaraan Bermotor Bukan Penyebab Utama Pencemaran Udara

10 Maret 2024


Kenapa ini penting?

Sejumlah pihak menyebut kalau emisi dari kendaraan bermotor adalah penyebab utama pencemaran udara di kota-kota besar seperti Jakarta. Hal itu muncul dari sebaran disinformasi lewat berbagai kanal media sosial, media nasional, hingga pernyataan pejabat kementerian.

Dari narasi yang beredar, kemudian muncul wacana menaikkan pajak kendaraan bermotor oleh pemerintah. Tujuannya untuk mengurangi emisi pencemar udara yang bersumber dari kendaraan bermotor. Padahal dari sejumlah riset, emisi kendaraan bermotor hanya salah satu dari sekian penyebab pencemaran udara.

Latar belakang:

Pencemaran udara menjadi salah satu permasalahan yang belakangan kian karib dengan masyarakat Indonesia. Masyarakat yang tinggal di kota atau bahkan di desa, tak pelak menghidu polutan dalam keseharian mereka.

Dari data IQ Air per 10 Maret 2024—perusahaan teknologi yang memantau kualitas udara—Tangerang Selatan masih menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di Indonesia dengan indeks sebesar 140. Di bawah Tangerang Selatan, ada Jakarta dengan indeks kualitas udara 120.

Di kota besar seperti Jakarta, sebagian pihak menyebut bahwa sumber utama pencemaran udara berasal dari peningkatan jumlah pengguna kendaraan bermotor. Narasi tersebut bahkan disebarkan oleh pejabat kementerian.

Walhasil, pemerintah berencana menaikkan pajak kendaraan bermotor untuk mengurangi pencemaran udara.

Hal itu jelas jauh panggang dari api. Beberapa penelitian lembaga riset yang fokus pada pencemaran udara memang menyebut kendaraan bermotor menjadi penyebab polusi udara. Tapi masih dari riset yang sama, emisi kendaraan bermotor bukan satu-satunya penyebab. Masih ada sumber polutan lain yang andil pada pencemaran udara di kota-kota besar di Indonesia.

Dalam cek fakta kali ini, Deduktif berupaya menyingkap disinformasi atau narasi yang beredar, tentang emisi kendaraan bermotor yang menjadi sumber utama pencemaran udara. Deduktif juga merinci siapa saja yang menyebarkan disinformasi atau narasi itu.

Temuan narasi atau disinformasi yang beredar:

Aktor penyebar disinformasi:

  • Pejabat kementerian
  • Akun jenama parfum
  • Akun micro-influencer
  • Akun digital marketer
  • Media yang fokus pada geografi, sejarah, dan budaya

Penelitian/bantahan:

Dalam laporan penelitian yang dirilis pada Agustus 2020 oleh Centre for Research on Energy and Clean Air (CREA)—lembaga riset independen yang fokus pada penelitian polusi udara—CREA menyebut bahwa emisi kendaraan bermotor bukan sumber terbesar pencemaran udara.

Sumber terbesar emisi pencemar SO2 (sulfur dioksida), PM2.5 (particulate matter 2.5) dan NOx (mono-nitrogen oksida) di provinsi-provinsi sekitar Jakarta, berasal dari sektor energi. Kedua senyawa itu merupakan partikel beracun dari operasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara.

Sulfur dioksida dan mono-nitrogen dioksida bisa menimbulkan iritasi pada sistem pernapasan, tenggorokan, saluran udara di paru-paru. Kedua senyawa itu juga bisa menimbulkan reaksi alergi, seperti serangan asma, sakit kepala dan mual pada orang yang rentan.

Penelitian CREA itu berjangkar pada pencemaran udara berbahaya dari pembangkit listrik yang berlokasi di Banten dan Jawa Barat. Situasi itu diperburuk oleh baku mutu emisi yang lemah, yang sangat berdampak pada kesehatan warga Jakarta dan perekonomian kota.

CREA juga menyebut bahwa PLTU berbahan bakar batu bara, membuat orang terpapar partikel beracun (beberapa ukuran mikroskopis seperti PM2.5), ozon (dari NOx) dan logam berat seperti merkuri.

Selain berdampak langsung pada kesehatan manusia, paparan partikel itu secara tidak langsung berdampak juga pada sistem perawatan kesehatan, produktivitas ekonomi, dan kesejahteraan sosial.

CREA menemukan bahwa pencemaran udara lintas batas dari PLTU berbahan bakar batu bara bertanggung jawab atas 2500 kematian terkait pencemaran udara di Jabodetabek setiap tahunnya.

Pencemaran lintas batas ini juga bertanggung jawab atas dampak negatif kesehatan lainnya, termasuk kasus asma baru, kunjungan darurat asma, kelahiran dini, peningkatan prevalensi kecacatan terkait stroke, penyakit pernapasan dan diabetes, serta peningkatan jumlah cuti sakit.

Beberapa PLTU berbahan bakar batu bara yang beroperasi dalam radius 100 km dari Jakarta, andil pada pencemaran udara di Jakarta dan kota lain di sekitar Jakarta, antara lain: PLTU Suralaya, PLTU Labuan Unit 1-2, PLTU Lontar Unit 1-3, PLTU Babelan Unit 1-2, PLTU Banten Unit 1, dan PLTU Pelabuhan Ratu.

Laporan penelitian lain berjudul Understanding Jakarta’s Air dari Clean Air Catalyst yang juga fokus pada penelitian terkait polusi udara, menyebut bahwa ada beberapa sumber pencemaran udara di Jakarta. Penyebabnya antara lain emisi gas buang kendaraan bermotor, pembakaran limbah industri, hingga operasi PLTU.

Clean Air Catalyst juga menginventarisir beberapa emisi dalam temuan sumber polutan di Jakarta dan beberapa kota di sekitarnya.
Dari inventarisasi emisi itu, sektor transportasi diidentifikasi sebagai sumber NOx, CO (karbon monoksida), dan PM2.5 terbesar. Kemudian sektor pembangkitan energi dan manufaktur merupakan penghasil emisi SO2 dan NOx terbesar, serta merupakan sumber PM2.5 sekunder terpenting kedua.

Lebih lanjut Clean Air Catalyst menyebut bahwa transportasi dan pembakaran industri menyumbang masing-masing 46% dan 43% emisi PM2.5. Industri juga menyumbang lebih dari dua pertiga emisi SO2; emisi kendaraan masing-masing menyumbang lebih dari 90% dan 57% emisi CO dan NOx.

Solusi/pencegahan:

  • Ragukan terlebih dahulu klaim pejabat pemerintahan, akun-akun yang menyebarkan informasi tanpa data yang jelas, dan berita di media terkait kendaraan bermotor penyebab pencemaran udara.
  • Periksa riset terbaru dari lembaga penelitian yang fokus pada pencemaran udara.
  • Periksa kebijakan yang diambil pemerintah dalam penanganan pencemaran udara. Apakah solutif atau justru jauh dari akar permasalahan utama.