Indonesia, sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar, terus menarik perhatian global. Nikel adalah logam penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik yang kini menjadi primadona industri otomotif. Tak heran, harga nikel terus melambung, seiring dengan tingginya permintaan dunia.
Eksploitasi nikel di Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung perekonomian, tetapi juga menimbulkan masalah serius bagi masyarakat lokal. Di Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara, sekitar 73% wilayahnya telah dibebankan Izin Usaha Pertambangan (IUP). Aktivitas ini berimbas langsung pada kehidupan masyarakat, termasuk komunitas Suku Bajau yang mendiami wilayah pesisir.
Bajau Beach, yang dikenal sebagai destinasi eksotis dengan keindahan alamnya, kini menghadapi ancaman serius. Air lautnya berubah keruh akibat limbah tambang, memengaruhi hasil tangkapan ikan masyarakat setempat. Padahal, nelayan Bajau mengandalkan hasil laut sebagai mata pencaharian utama.
Suku Bajau berasal dari kawasan Asia Tenggara maritim, terkenal dengan kemampuan mereka sebagai pelaut ulung. Keunikan mereka terlihat dari tradisi hidup di rumah-rumah panggung di atas laut, seperti yang ditemukan di Desa Baliara, dekat Bajau Beach. Namun, perubahan lingkungan akibat eksploitasi tambang nikel mengancam kelangsungan tradisi dan kehidupan mereka.
Dengan melonjaknya harga nikel, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi produsen utama baterai kendaraan listrik dunia. Presiden Jokowi bahkan menargetkan Indonesia sebagai pemimpin global dalam industri ini. Namun, harga yang harus dibayar masyarakat lokal cukup tinggi, mulai dari kerusakan lingkungan hingga kehilangan mata pencaharian.
Potensi nikel adalah harta yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, seperti Sulawesi, Maluku, dan Papua. Namun, Pulau Kabaena menonjol sebagai pusat eksploitasi dengan 15 perusahaan tambang aktif yang menyuplai ke raksasa industri baterai seperti Tsingshan dan Samsung SDI. Rantai pasok ini menjadikan Indonesia pemain kunci dalam memenuhi kebutuhan dunia akan nikel.
Keindahan Bajau Beach berpotensi menjadi daya tarik wisata internasional, tetapi keberlanjutannya sangat bergantung pada pengelolaan tambang yang bertanggung jawab. Sementara suku Bajau terus berjuang mempertahankan tradisi mereka, Indonesia harus menemukan keseimbangan antara pemanfaatan nikel dan pelestarian lingkungan.
Eksploitasi nikel di Indonesia membuka peluang besar untuk kemajuan ekonomi, tetapi juga menuntut perhatian serius pada dampak sosial dan lingkungan. Pemanfaatan nikel harus dilakukan secara bijak, agar potensi besar ini tidak menjadi bumerang bagi masyarakat dan lingkungan, terutama di wilayah seperti Bajau Beach yang memiliki nilai ekologis dan budaya tinggi.