Hak Jawab Saidiman Ahmad terhadap Artikel Hasbara

Hak Jawab Saidiman Ahmad terhadap Artikel Hasbara

Saidiman Ahmad, Manajer Program Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), salah satu narasumber Deduktif.id dalam artikel “Melacak Operasi ‘Hasbara’, Strategi Propaganda Israel di Indonesia” mengirimkan hak jawab melalui surat elektronik pada 12 April 2024 untuk memberikan konteks yang lebih jelas terkait tudingan jaringan Hasbara di Indonesia.

Kami memuat hak jawab Saidiman Ahmad terhadap artikel tersebut. Beberapa poin yang disampaikan sebagai berikut:

Dalam laporan berjudul “Melacak Operasi 'Hasbara': Strategi Propaganda Israel di Indonesia” yang ditulis oleh Fajar Nugraha, 4 April 2024, tertulis bahwa ada program propaganda Israel di Indonesia yang bernama Hasbara. Salah satu subjudul laporan tersebut adalah "Jaringan Hasbara di Indonesia." Dalam subjudul tersebut, nama saya dimasukkan dalam salah satu daftar. 

Saya keberatan nama saya dimasukkan ke daftar itu karena dua hal. Pertama, saya tidak tahu kegiatan diplomasi Israel di Indonesia. Saya juga tidak tahu apa itu Hasbara. Nama Hasbara bahkan pertama kali saya dengar dari jurnalis yang menulis laporan ini. 

Kedua, saya bahkan tidak pernah mengunjungi atau datang ke Israel. Dalam tulisan disebutkan bahwa salah satu kegiatan jaringan Hasbara adalah diundang ke Israel. Sementara saya tidak pernah diundang atau berkunjung ke Israel. Saya bahkan tidak pernah bertemu dengan jaringan atau komunitas apa pun yang terkait dengan Israel di Indonesia.

Dalam korespondensi dengan Fajar Nugraha, saya sudah sampaikan bahwa saya tidak tahu Hasbara maupun kegiatan diplomasi atau propaganda Israel di Indonesia. Saya juga menyatakan tidak pernah ke Israel. Namun demikian, nama saya tetap dimasukkan ke jaringan Hasbara di Indonesia. Ini jelas adalah pelanggaran serius pada kode etik jurnalistik. 

Sebagai warga negara yang memiliki hak menyatakan pendapat, saya memang memiliki pandangan tertentu tentang konflik Palestina-Israel. Saya mendukung solusi dua negara. Saya menolak kekerasan baik yang dilakukan Israel terhadap penduduk sipil Palestina maupun kekerasan dari Hamas terhadap penduduk sipil Israel. Menegasi satu dari dua komunitas politik itu, menurut saya, tidak mungkin dilakukan, karena hanya akan menambah korban kekerasan. Ini adalah pandangan pribadi saya. 

Pandangan ini tidak terkait dengan propaganda suatu negara. Di alam demokrasi, semua orang memiliki hak untuk memiliki pandangan. Perbedaan pandangan adalah sesuatu yang lumrah. Hanya karena saya memiliki pandangan tertentu soal konflik Palestina-Israel, bukan berarti saya bagian dari satu kegiatan propaganda. 

Namun akibat pandangan saya yang sedemikian itu, tulisan pada deduktif.id tersebut memasukkan saya dalam daftar jaringan propaganda Israel di Indonesia yang bernama Hasbara. Selain itu narasi yang tidak bertanggungjawab, tulisan tersebut juga bisa mendatangkan persoalan keamanan. Dalam konteks Indonesia yang sangat keras menentang Israel, menyebut seseorang sebagian bagian dari operasi Israel apalagi mempublikasikannya melalui media, bisa mendatangkan konsekuensi keamanan yang serius. Akibat dari tulisan tersebut, saya sudah mendapatkan sejumlah kecaman, bahkan teror. Saya sudah sampaikan teror tersebut pada penulis laporan. 

Adalah hak setiap jurnalis untuk menulis berita, tapi penulisan berita tidak boleh dilakukan secara semena-mena. Sebab sebuah tulisan berita bisa dipercaya sebagai kebenaran yang akhirnya bisa menyulut aksi sosial maupun individual. 

Saya minta tulisan itu diturunkan atau direvisi. Saya minta redaksi memulihkan nama saya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman pembaca.

Jawaban Redaksi:

Kami menyusun laporan “Melacak Operasi ‘Hasbara’, Strategi Propaganda Israel di Indonesia” melalui upaya scraping (pengambilan data dan informasi) beberapa sumber unggahan di media sosial (X, Instagram, Facebook, dan TikTok) berdasar narasi yang mendemonisasi Hamas-Palestina dan pro-Israel.

Merujuk pada definisi “Hasbara” yang telah kami cantumkan di dalam laporan, klasifikasi aktor yang kami masukkan dalam artikel tidak terbatas pada mereka yang berangkat ke Israel atau mendapat undangan ke sana. Tetapi siapapun aktor (media, kaum intelektual, dan jaringan sosial) yang mendefinisikan isu pro-Israel ke ranah komunikasi digital.

Deduktif.id juga telah memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan dalam Pedoman Pemberitaan Media Siber dengan mengupayakan verifikasi dan keberimbangan berita pada setiap narasumber dalam laporan. Kami juga telah memuat tautan hak jawab Saidiman Ahmad di artikel awal, sesuai Pedoman Pemberitaan Media Siber.

Sementara untuk permintaan penurunan laporan, merujuk Pedoman Pemberitaan Media Siber, berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran
dari pihak luar redaksi. 

Sebagai bagian dari proses transparansi, kami lampirkan transkrip wawancara dan percakapan antara reporter kami dengan Saidiman Ahmad melalui akun Instagram miliknya @saidiman_ahmad, dalam beberapa periode.

Kamis, (4/4/2024).
Reporter:

Selamat sore, Bapak Saidiman.
Perkenalkan saya jurnalis dari Deduktif.id. Saya tengah menggarap liputan terkait diplomasi publik Israel (Hasbara). Saya ingin mengkonfirmasi beberapa hal tentang Hasbara ke Bapak Saidiman. Semoga Bapak Saidiman bersedia untuk saya hubungi terkait konfirmasi ini. Terima kasih sebelumnya.
Salam.

Saidiman:
Halo. Gimana, Mas?

Reporter:

Iya mas jadi saya mau konfirmasi pendek aja.
Apakah Mas Saidiman pernah berangkat ke Israel untuk tujuan propaganda-trip? Atau mungkin tau soal diplomasi publik Israel ini di Indonesia? 

Di salah satu unggahan mas Saidiman di X, mas Saidiman pernah bilang kalau Indonesia mesti memperlakukan Israel dan Palestina setara karena presiden dukung solusi dua negara. Termasuk untuk dubes. Sejauh mana mas Saidiman melihat potensi pendirian dubes Israel di sini?

Jumat, (5/4/2024).
Saidiman:

1. Saya belum pernah ke Israel
2. Saya tidak tahu mengenai diplomasi Israel di Indonesia
3. Potensi pendirian kedutaan Israel di Indonesia sekarang mungkin masih kecil. Tapi ke depan, saya kira opsi membuka hubungan diplomatik dengan Israel akan semakin terbuka. Indonesia butuh membangun hubungan dengan negara-negara penting di dunia.

Saidiman:
Ternyata tulisan anda memframing. Saya tidak pernah ke Israel dan tidak tahu apa itu Hasbara. Tapi anda memasukkan saya dalam daftar jaringan Hasbara di Indonesia. Itu fitnah, Bung.

Reporter:
Selamat malam Pak Saidiman, 
Semua nama yang tertera di laporan berangkat dari dugaan. Beberapa terbukti semisal narasumber pertama. Namun Deduktif menemukan sejumlah bukti lewat analisa unggahan masing-masing yang punya sentimen atau narasi yang mendemonisasi Hamas. Maka dari itu, Deduktif berupaya mengkonfirmasi ke semua nama itu memastikan. Termasuk ke Pak Saidiman yang memang mengkonfirmasi bahwa tidak pernah berangkat ke Israel.

Kedua, operasi Hasbara yang tulis di laporan tidak terbatas pada mereka yang berangkat ke Israel atau mendapat undangan ke sana. Mereka yang menyebar narasi pro-IDF atau bahkan mendemonisasi Hamas, termasuk bagian dari Hasbara.

Kalau Bapak Saidiman merasa kami membingkai laporan itu dan keberatan terhadap isi laporannya, Bapak Saidiman bisa menggunakan hak jawabnya. Kami akan sangat terbuka untuk menerimanya. Bapak bisa mengirimkan hak jawabnya ke email [email protected]. Kami pasti akan menayangkan hak jawab yang Bapak Saidiman tulis.

Terima kasih.

Sabtu, (6/4/2024).
Saidiman:
Twitter adalah ruang diskusi. Orang bisa memiliki pandangan berbeda untuk kasus apa saja. Memframing saya bagian dari propaganda Israel hanya karena saya memiliki pandangan tertentu soal konflik Israel-Palestina adalah kesimpulan yang tidak bertanggung-jawab. Dan saya juga tidak pernah mendukung kekerasan baik yang dilakukan Israel maupun HAMAS. Publikasi Anda bisa menggiring opini publik. Dan dalam konteks Indonesia yang sangat anti-Israel, itu bisa beresiko pada keamanan pada individu yang anda sebut.

Kamis, (11/4/2024).
Saidiman:
Mau kasih info saja kalau fitnah dari tulisan Anda sudah memicu teror.

Reporter:
Selamat malam, Pak Saidiman. Saya dan redaksi memohon maaf atas ancaman yang kemudian datang pada Pak Saidiman. Hal itu tentu di luar kuasa kami.

Namun, kami menawarkan kembali hak jawab bagi Pak Saidiman. Kami bakal menerbitkan jawaban atau klarifikasi dari Pak Saidiman itu di web Deduktif.id. Terima kasih.


Penulis dan Editor: Aditya Widya Putri