Hari AIDS Sedunia, Anak dengan HIV-AIDS Berhak Punya Asa
Rumah dengan empat lantai berdiri di tikungan gang selebar tiga meter di Tambora, Jakarta Barat. Bangunan tersebut milik Yayasan Vina Smart Era (VSE), tempat tumbuh para Anak dengan HIV-AIDS (ADHA) yang diinisiasi oleh Keluarga Ropina Tarigan.
Sepuluh anak yang tumbuh di sana berasal dari keluarga dan latar belakang berbeda. Tujuh perempuan dan tiga laki-laki berkumpul di lantai tiga yang terdiri dari tiga kamar, satu toilet, dan dapur. Ruangan berukuran 3x4 meter di depan kamar menjadi pilihan mereka bercengkrama.
Di antara sepuluh anak tersebut, “A”, 3 tahun, perempuan, menjadi anak terkecil yang ada di Yayasan VSE. Balita ini terdampak HIV dari ibunya saat kelahiran. Sejak 2023 ia berpisah dengan keluarga, dan tumbuh bersama ADHA lain di yayasan.
“Kakak! sini duduk!”
“A”, memanggil reporter Deduktif, mendekat dan duduk di pangkuan kami. Sejak kecil ia tergolong anak yang ceria dan aktif. Pengurus yayasan selama ini memberi pengawasan lebih pada “A”, karena meski usianya masih sangat kecil, ia mudah akrab dengan orang baru. Utamanya karena “A” punya riwayat kejang.
“Bapak, A (harus) minum obat!” teriak anak-anak di sana sambil melihat kamera pengawas yang termonitor oleh Agus–suami Ropina, alias Bu Vina–yang tinggal di lantai IV.
Itulah upaya pengawasan untuk memastikan “A” meminum obat kejangnya pada pukul 9 pagi. Setiap pukul 6 pagi dan 6 sore, ADHA di Yayasan YSE minum obat ARV bersama, tepat di bawah kamera pengawas. Hal itu dilakukan Yayasan VSE untuk mengontrol kesehatan mereka.
“Jadi sebelum minum (obat), mereka kasih lihat dulu (ke kamera pengawas). Kan, saya enggak selalu di rumah, saya cari nafkah sama Bapak (Agus). Bapak cari nafkah dari rumah, saya cari nafkah di luar,” jelas Vina saat diwawancarai Deduktif, Rabu, (10/7/2024).
Perempuan yang berprofesi sebagai bidan itu berharap para ADHA di yayasannya tetap terpenuhi nutrisinya, minum obat dan susu dengan teratur. Anak-anak juga ia wajibkan bangun jam 5 pagi. Kemudian bagi anak yang sudah berumur 8 tahun ke atas diharuskan minum satu liter air putih, sementara mereka yang belum genap 8 tahun, cukup minum setengah liter saja.
Tak hanya mengontrol kesehatan ADHA saja, yayasan yang disahkan sejak 2009 ini berperan mengawal pendidikan anak asuhnya. Beberapa dari mereka bersekolah dengan sistem paket, sekolah formal, bahkan ada yang mengenyam pendidikan di akademi keperawatan.
Sebagian besar mereka bercita-cita ingin menjadi tenaga kesehatan, salah satunya “F”, 17 tahun, perempuan. Ia ingin menamatkan sekolah menengah atas lewat program kejar paket C di Mutiara Hati, Telegon.
“Awalnya, aku enggak mau jadi bidan, tapi aku didukung nenek dan kakekku untuk mendalami (pengetahuan) tentang kesehatan,” jelas perempuan tersebut saat diwawancarai langsung oleh Deduktif, Rabu, (10/7/2024).
Sebelum tinggal di yayasan,”F” pernah tinggal bersama pamannya, kemudian mereka sepakat agar “F” tinggal di Yayasan VSE sejak Maret 2024 lalu. Dan “F” mengaku lebih bahagia tinggal di Yayasan VSE bersama keluarga barunya, ia merasa lebih nyaman, dibanding harus tinggal di tempat tinggal asalnya, Kenari, Jakarta Pusat.
“Aku pernah cari yayasan di Solo, tapi enggak jadi karena di sana terisolasi (tak boleh ke luar rumah). Terus daftar ke Cisauk, tapi (mereka) belum bisa nerima aku. Akhirnya, aku (dapat) di sini tanpa ada syarat apapun,’” kata “F”.
Selain memfasilitasi pendidikannya, Vina juga menerapkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan domestikpada anak asuhnya, maka ia membiasakan mereka untuk mengerjakan pekerjaan rumah. “Ada yang nyapu di lantai 3, ngepel, ada yang buang sampah, apapun itu sehingga mereka punya tugas masing-masing,” tutur Ropina.
Dalam mengelola yayasan, Vina berharap tongkat estafetnya dapat dilanjutkan kepada para anak asuh, terlebih jika Vina sudah tutup usia nanti. “Jadi nanti kalau ada orang yang butuh pertolongan seperti mereka, mereka bisa tahu caranya menolong, sebab sudah saya ajarkan,” kata perempuan berusia 60 tahun itu.
Caption
Gang sempit
Potret lingkungan padat penduduk yang difoto dari lantai 2 Yayasan Vina Smart Era (VSE), Rabu, (3/7/2024).
Bu vina (2)
Ropina, karib disapa BU Vina sedang membimbing anak asuhnya di meja belajar lantai 2 yayasannya, Rabu, (10/7/2024).
Obat
Para Anak dengan HIV-AIDS (ADHA) memegang obat HIV yang biasa dikonsumsi setiap pagi dan sore, Rabu, (10/7/2024).
CCTV (2)
Seorang anak hendak mengonsumsi obat ARV sambil melapor ke kamera pengawas, Rabu, (10/7/2024).
Anak-anak berdoa bersama setelah meminum obat ARV pada pukul 6 pagi, Rabu, (10/7/2024).
Buku
Terpampang etalase buku di pojok ruangan lantai dua Yayasan Vina Smart Era, Rabu, (10/7/2024).
Mengasuh
“F” (17) sedang menggendong “A” (3), semua anak asuh Yayasan VSE saling menyayangi satu sama lain, Rabu, (10/7/2024).
Lemari (2)
Salah satu anak asuh, “C” (10), membuka lemari sepuluh pintu di depan kamar, Rabu, (10/7/2024).
Keluarga (2)
Potret “C” (10) menggambar untuk mengisi waktu luang, Rabu, (10/7/2024).
Obat (5)
“A” (3) sedang meminum obat kejang menggunakan spuit agar lebih mudah diminum, Rabu, (10/7/2024).
Obat (4)
D (5) hendak menelan obat ARV bubuk yang dibantu oleh C (10), Rabu (10/7/2024).
“F” (11) sedang merakit topeng untuk acara Jelajah SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak) bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Rabu, (3/7/2024).
Tak hanya perempuan, namun “S” (15), laki-laki, juga ditugaskan membersihkan ruangan lantai 3, Rabu, (7/10/2024).
Para anak asuh Yayasan VSE mewarnai bersama di depan kamar mereka, Rabu, (3/10/2024).
Potret Ropina (60) dan para ADHA yang sedang mengisi acara Jelajah SAPA bersama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Rabu, (3/10/2024).
“A” (kiri) dan “D” (kanan) memamerkan karya mewarnai yang dibuat bersama untuk mengisi waktu luang , Rabu, (10/7/2024).
Fotografer dan Penulis: Febria Adha Larasati
Editor: Aditya Widya Putri