Hidup di Antara Pertaruhan

TADINYA AKU menganggap kalau bekerja di rumah judi online bisa mengantongi banyak pundi. Bisa makan menu lezat setiap hari yang harganya nyaris separuh gaji temanku yang jadi operator produksi pabrik tekstil di Cikarang, mereguk sangria dari gelas berbahan emas selepas senja, atau diajak berlayar di atas Superyacht mewah milik bos saat malam pergantian tahun.

Namun tunggu ketika aku menceritakan kisahku pada seorang reporter yang mendatangiku, dan kemudian aku sendiri bersedia ketika dia ingin menulis kisahku itu. 

Selama satu setengah tahun bekerja di rumah judi online, aku merasa seperti bekerja di bawah teror. Melayani komplain para pemain di live chat dengan ragam masalah dari mulai deposit sampai pencairan dana, merangkap jadi pembuat konten iklan di media sosial, sampai harus mengganti sejumlah dana yang angka nominalnya salah ketika pencairan karena begitu lelah bekerja lebih dari 12 jam. Dari situ aku baru menyadari betapa mahalnya harga kesehatan mental bagi seorang pekerja.

TAWARAN TEMAN

Namaku Roni. Di tahun ini, usiaku menginjak angka 28. Aku tinggal di sebuah daerah di bilangan Bekasi bersama kedua orang tuaku. Pada pertengahan 2020, aku baru saja berhenti bekerja sebagai sales di perusahaan otomotif.  Kontrak kerjaku selama satu tahun telah habis dan tidak diperpanjang saat itu.

Aku masih ingat kalau waktu itu PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) tengah diberlakukan. Setiap hari selalu ada saja kabar dari temanku mulai dari yang dirumahkan sementara, dipotong gajinya, atau di-PHK tanpa diberi pesangon. Awan gelap seakan terus bergelayut di atas kepalaku.

Aku berusaha mencari pekerjaan baru. Terutama untuk terus menyambung hidupku dan memberi nafkah bagi keluarga di rumah. Lantaran yang tersisa dari hasil kerjaku di perusahaan otomotif sebelumnya, hanya lelah dan GERD yang kian mudah kumatnya.

Masih di sekitar pertengahan tahun 2020, seorang teman mengontak via WhatsApp. Dia menawari pekerjaan yang terasa asing bagiku: bekerja di sebuah rumah judi online yang berlokasi di salah satu daerah di Jakarta.

Terang saja aku berkerut dahi ketika mendapat tawaran itu. Pasalnya aku tidak tahu pekerjaan semacam apa yang bakal dilakoni. Dan orang-orang seperti apa yang bekerja di sana. Aku tidak pernah mengetahui sebelumnya.

Temanku itu telah lebih dahulu bekerja di sana selama beberapa bulan. Dia coba menjelaskan rincian pekerjaannya. Sebagian aku mengerti, sebagian lagi masih belum terbayang seperti apa.

“Gajinya gede dan cara kerjanya enak banget,” kata temanku saat menawarkan pekerjaan di rumah judi online itu padaku.

Ketika tawaran kerja itu datang, kondisi ekonomi sedang morat-marit. Semuanya menjadi tidak mudah ketika dihadapkan pada PPKM atau pandemi yang melumpuhkan banyak aktivitas ekonomi.

Tanpa banyak pertimbangan dan aku sendiri memercayai temanku, aku menerima tawaran kerja itu. Aku menitipkan berkas CV-ku padanya di mana nanti dia teruskan pada bos pemilik rumah judi online.

Tidak ada banyak pilihan saat itu untuk terus melanjutkan hidup. Menerima tawaran kerja di tempat yang kupikir berbahaya atau mati kelaparan saat pagebluk.

DI ANTARA PERTARUHAN

Hanya berjarak satu minggu dari penawaran, aku dikabari oleh temanku kalau aku diterima bekerja di rumah judi online itu. Kalau tidak salah saat itu akhir pekan di mana keesokan harinya aku bisa langsung mulai bekerja.

Dengan memakai motor bebek scooter milikku, aku berangkat kerja dari Bekasi ke salah satu daerah di Jakarta tempat rumah judi online itu berlokasi. Nyaris 30 km lebih jarak yang harus kutempuh dari rumah ke lokasi kerja. Kendati demikian, aku hiraukan hal itu. Di benakku, hanya terbersit bagaimana aku bisa bekerja dengan optimal dan menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhanku dan keluarga.

Ketika sampai di lokasi, tempat kerjaku ada di sebuah bangunan yang memiliki beberapa lantai di dalamnya. Ada satu lantai khusus yang dipakai untuk ruang kerja. Sisanya untuk kamar tidur. Sekitar 50 orang lebih bekerja di sana. Ada yang mengisi posisi Operator, Customer Service (CS), Marketing, dan Pembukuan.

Tidak perlu waktu lama bagiku untuk memahami setiap posisi kerja dan tanggung jawab dari masing-masing. Hanya butuh waktu dua sampai tiga hari, aku sudah lumayan mengerti alur kerja di rumah judi itu seperti apa.

“Bagaimana mekanisme kerja selama di sana? Ditempatkan di bagian apa saat itu?” Tanya si reporter kepadaku.

Dalam satu tim, bisa memegang beberapa laman judi. Mereka dibagi-bagi siapa yang menjadi CS, Operator, dan siapa yang menjadi Telemarketing. Untuk operator, dia memegang proses deposit dan withdraw. Proses deposit itu sendiri merupakan pengisian saldo awal bagi para pemain yang ingin bermain di laman judi yang dituju. Sedangkan withdraw merupakan pencairan dari saldo yang sudah dihimpun dari kemenangan saat bermain.

Sedangkan untuk CS, mereka standby di kolom live chat. Mereka bakal menjawab setiap pertanyaan yang dialamatkan oleh pemain, menanggulangi masalah ketika deposit atau withdraw, dan lain sebagainya. Berada di posisi ini menguras emosi dan tentu saja melatih kesabaran. Kalian bisa berjumpa dengan pemain yang bertanya dengan penuh keramahan, seringkali juga bertemu dengan pemain seperti guru sekolah dasar yang hendak menyetrap kita.

Sejak awal masuk, aku sendiri ditempatkan langsung rangkap sebagai CS dan Operator. Kebetulan di timku sedikit orangnya, jadi tidak ada bagian Telemarketing. Satu orang diharuskan kerja rangkap sambil pegang live chat dan Operator, bahkan ada juga yang mesti memegang bisa lebih dari 2 laman.

Banyak permainan yang ditawarkan oleh rumah judi online tempatku bekerja saat itu. Mereka terbagi pada dua jenis laman. Laman kartu, isinya ada permainan semacam Kiukiu, Domino, Sakong, Poker, dll. Biasanya satu bos bisa memiliki laman jenis ini lebih dari satu. Hal itu lantaran perputarannya cukup besar dan menguntungkan ketika aku sendiri mengamatinya.

Semakin sering dan besar pemain menang, perputaran atau turn over (TO) yang didapatkan laman itu kian besar. Dari situ juga aku rasa ketika semakin sering pemain bermain, semakin ketagihan juga dia untuk terus mengunjungi laman itu.

Makanya, aku berpikir kenapa si bos merasa mesti memiliki lebih dari satu laman seperti ini, ya karena kalau si pemain dari laman ini kalah terus dia punya alternatif untuk main di laman satunya, pundi-pundi tetap masuk ke lubang yang sama.

Untuk jenis laman yang satunya, jadi semacam ciri khas-nya si bos. Dari sepengetahuanku selama bekerja di rumah judi online itu, setiap bos rata-rata memiliki satu laman jenis ini. Isinya bisa banyak permainan sekaligus seperti slot, judi olahraga (tebak skor, dll.), togel, tangkas, casino, sabung ayam live, dll.

DATANGNYA PETAKA

Hari demi hari kulalui dengan bekerja di rumah judi online. Aku bekerja selama 12 jam dalam sehari. Jatah liburku hanya 1 hari dalam seminggu. Bahkan saat awal masuk, 3 bulan pertama aku tidak dapat jatah libur sama sekali. Setelah 3 bulan bekerja, baru aku bisa merasakan libur. Meski demikian, seringkali aku tak bisa menikmati hari liburku karena harus tetap standby kalau-kalau ada penumpukan di bagian CS.

Aku mendapat cerita dari temanku yang juga bekerja di rumah judi online lain, mereka tidak bisa pulang ke rumah meski pekerjaan sudah selesai atau tengah libur. Ada semacam isolasi yang diterapkan di rumah judi online-nya. Mereka hanya diperbolehkan keluar untuk mencari makan atau berbelanja kebutuhan selama berada di tempat kerja. Akses mereka dibatasi untuk bepergian ke luar.

Semua hal yang berhubungan dengan pekerjaan tidak dibawa keluar dari lokasi kerja. Seperti gawai yang dipakai untuk admin dan perangkat lain. Aku dan temanku tahu kalau semua yang disebutkan, bakal membahayakan kami ketika berada di luar saat itu. Terlebih kami bekerja di sebuah rumah judi online yang di sini masih dilarang.

Setiap bos mempunyai ketentuan berbeda-beda. Kebetulan, di tempatku waktu itu ada banyak tim. Setiap tim punya satu bos. Di tim yang lain, mereka memiliki jam kerja yang sama tetapi libur hanya 2 hari dalam sebulan.

Jam kerja yang panjang dan beban pelayanan yang bertumpuk menjadi awal dari petaka yang kuhadapi selama bekerja di rumah judi online.

Sekitar Mei 2021, aku mengalami kesalahan penginputan saat proses pencairan dana untuk pemain. Dalam bahasa kerja rumah judi online, hal itu seringkali disebut “mistake”.

Di satu malam saat piket kerjaku mengisi bagian operator, aku merasa begitu kelelahan setelah sedari siang bekerja. Mata terasa begitu berat dan badan mulai tidak enak. Kendari begitu, aku masih harus memproses permintaan withdraw salah satu pemain.

Entah kenapa, ketika permintaan withdraw itu telah kuproses dan coba untuk kuperiksa ulang, ternyata nominalnya melebihi dari permintaan si pemain. Kalau tidak total nyari Rp4 juta selisih dari permintaan dengan yang kuproses malam itu.

Alhasil aku harus mengganti sejumlah Rp4 juta yang raib itu karena keteledoranku saat memproses withdraw. Bagi rumah judi online tempatku bekerja, angka itu jelas tidak seberapa dibanding perputaran uang yang masuk harian dengan kisaran ratusan juta. Namun bagiku yang hanya menggantungkan hidup pada pekerjaan di sana, jumlah itu jelas sangat besar. Terutama untuk biaya hidup bulanan.

Di sinilah kenapa jam kerja belasan jam itu punya pengaruh terhadap ketelitian pekerja. Yang bikin amsyong, kalau kata temanku. Yang lebih tragis, salah satu temanku di rumah judi online yang sama, pernah mistake sampai Rp10 juta. Padahal dia baru saja kerja satu bulan.

Waktu itu laman sedang penuh pemain. Member sedang ramai namun pekerja yang melayani cuman sedikit. Jadi harus kerja multitasking. Sambil melayani live chat dan proses withdraw sekaligu, temanku salah input. Ada keliru saat withdraw, yang terkirim jadi jumlah ganda dengan nominal puluhan juta. Temanku mesti menggantinya dengan cara diangsur. Potong gaji dan uang makan secara berkala.

KELUAR DARI RUMAH JUDI ONLINE

Pendapatanku selama bekerja di rumah judi online bisa dibilang adalah gaji terbesarku selama aku bekerja dari dahulu. Dengan sistem gajinya bertahap per tiga bulan naik. Waktu itu, uang makan dan gaji dipisah. Gaji tiga bulan awal sekitar Rp2 juta dan uang makan Rp1,5 juta. Setelah enam bulan, baru gaji yang kudapat sudah tetap. Gaji sekitar Rp4 juta dan uang makan senilai Rp4,5 juta. Kalau ditotal bisa Rp9 juta lebih sebulan. Belum termasuk bonus referral dan bonus profit setiap tiga bulan.

Untuk rekening sendiri, rumah judi online tempatku bekerja membayar orang lain lagi untuk jadi rekening tampung. Rekening deposit lainnya pun ada bagiannya lagi yang mengurus untuk bayar orang supaya rekeningnya dibeli. Kalau untuk pembayaran gaji, yang kutahu itu dari rekening orang terdekat bos yang dipakai.

Berbicara soal gaji, ternyata hal itu tidak sepadan dengan beban kerja dan imbas dari sistem kerja yang kuhadapi saat itu. Kesehatanku menurun perlahan. Stress karena terlalu lama berada di ruang kerja dan juga ancaman pemotongan gaji yang tiba-tiba bisa datang seketika, juga sulit dihindari.

Pernah suatu kali, ketika di tengah pekerjaan yang kugarap, ada panggilan telepon dari anggota keluargaku untuk lekas pulang ke rumah. Aku dikabari kalau pamanku meninggal saat itu.

Setelah aku coba minta izin ke bos, aku tak diperbolehkan pulang sebelum pekerjaanku selesai. Meski aku sudah memaksa dan meminta untuk pulang saat itu juga, tetap saja tidak digubris. Aku mesti lanjut bekerja melayani deposit dan permintaan withdraw dari pemain.

Puncaknya, aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku di rumah judi online. Pada Desember 2021, rumah judi online tempatku bekerja bakal pindah ke Kamboja. Bosku sudah menawari semua pekerja untuk turut pindah ke sana. Karena tidak bisa meninggalkan keluarga, aku memutuskan untuk tidak ikut pindah. Jadi saat itu, aku memutuskan untuk keluar lebih dulu sebelum mereka pindah.

Setiap bos-bos besar rumah judi online punya relasi di beberapa negara Asia Tenggara. Waktu itu infonya, politik di sini cukup mengkhawatirkan bagi kelangsungan rumah judi online itu. Mereka cari aman dengan kembali ke Kamboja. Karena memang awalnya mereka orang Indonesia yang buka rumah judi online di Kamboja. Lalu ada peluang buka di sini. Dan kemudian mereka memilih buka di sini juga.

Sejak awal bekerja di rumah judi online, aku sama sekali tidak diberikan kontrak kerja yang jelas. Keputusanku kemudian untuk keluar, aku rasa memang jadi pilihan terbaik demi keselamatanku juga.

Sampai sekarang aku masih belum mendapat kerja kembali. Sulit memasukkan pengalaman kerja di rumah judi online pada riwayat kerja. Padahal setidaknya aku bisa desain dan mengotak-atik coding web selama bekerja di sana. Hanya saja aku bingung mau memasukkan itu ke portofolio. Aku takut ada masalah dengan keselamatanku dan keluargaku.

Aku tahu hidup memang sebuah pertaruhan. Tapi dengan mempertaruhkan diri bekerja di sebuah tempat yang membuatku jadi pekerja rentan, bukan menjadi pilihan yang bagus.