Hidup Pengungsi Kebakaran Manggarai di Posko Utama

Hidup Pengungsi Kebakaran Manggarai di Posko Utama, “Seribu pun,Saya Nggak Ada.”

 

Manggarai, kelurahan padat di Jakarta Selatan, sebagian wilayahnya berubah menjadi hamparan puing-puing setelah jago merah melahapnya, Selasa, (13/8/2024) lalu. Tempat tinggal dan harta milik tiga ribu warga hempas seketika dimakan api. 

 

Sekitar 3.300 warga terpaksa mengungsi dan tinggal di Pos Koordinasi (posko) terdekat. Salah satunya, posko utama yang dibangun tepat di belakang Rumah Sakit Agung Manggarai. Di setiap langkah kaki menyusuri posko dan sisa kebakaran, tampak lanskap yang serba kekurangan. 

 

Beberapa tenda pengungsi, tenda konsumsi dari beberapa donatur, dan tenda keamanan dari personel militer terpasang di lahan kosong Rumah Sakit Agung Manggarai. Di tenda pengungsi berwarna oranye, puluhan kepala keluarga harus berbagi ruang sempit untuk tidur dan menyimpan sisa barang bawaan. Mereka harus merelakan kenyamanan dan privasi yang dulu dimiliki.

 

Deduktif menemui Yuli (38), penyintas kebakaran, ibu, sekaligus kepala keluarga bagi dua anaknya, di tengah hiruk-pikuk keriuhan. Sambil mengobrol, Yuli menahan air mata dengan terus menyekanya.  

 

“Makanan kak, seringnya isi tahu,” ungkap Yuliani pada Deduktif, Kamis, (22/8/2024).                                                                                             

 

Pihak Dinas Sosial Jakarta memang sudah memberikan konsumsi rutin kepada pengungsi. Namun, menurut Yuli, menu makanan perlu ditingkatkan lagi variasinya. 

 

Selain masalah makanan, sanitasi jadi persoalan umum di setiap posko darurat. Meski telah memiliki 11 toilet portabel, beberapa di antaranya terpampang tulisan “Rusak Tidak Bisa Dipakai”. Toilet-toilet tersebut juga cuma bisa dipakai untuk buang air kecil saja, sehingga para pengungsi lebih memilih berjalan ke mushola-mushola terdekat yang berjarak sekitar 100 meter - 1 kilometer dari tenda pengungsian.

 

Bantuan-bantuan untuk para pengungsi juga masih kena sunat. Sumbangan pakaian bekas layak pakai misalnya, kerap disortir terlebih dahulu oleh kelompok tertentu sebelum dibagikan kepada pengungsi, sehingga mereka hanya menerima pakaian sisa seadanya.

 

“Pakaian dalam, misalnya, dari pusatnya dapat setengah lusin per orang, tapi yang dibagi hanya satu per orang, makanya banyak yang protes,” tambah pengungsi Manggarai lain, Isma (41) kepada Deduktif, Kamis, (22/8/2024).        

 

Deduktif datang ke posko pengungsian Manggrai dua minggu pascakebakaran. Tiga hari setelah kunjungan kami, Minggu, (25/8/2024) kabarnya posko pengungsian harus kembali steril. Para pengungsi diberi pilihan: direlokasi sementara ke rumah susun pasar rumput atau mencari alternatif tempat tinggal lain.

Yuli, belum memutuskan salah satunya. Sebagai seorang perantauan yang datang jauh dari tanah Lampung untuk berniaga, Yuli sudah kehabisan modal. Semua barang dagangannya ludes terbakar api. 

 

“Lagi nyari gimana caranya. Barang saya tidak ada yang tersisa, padahal banyak yang baru dibeli, mie, kopi, minyak goreng, beras, habis. Seribu pun, saya nggak ada.”

 

Dari lubuk hati, Yuli masih mengharap bantuan dari pemerintah untuk menopang, setidaknya kehidupan untuk kedua anaknya yang masih panjang. “Keduanya masih sekolah dasar.”

 

Sejumlah pengungsi tengah beristirahat dan melakukan aktivitas masing-masing di dalam tenda, Kamis, (22/8/2024).

 

Dua anak korban kebakaran Manggarai berpose di belakang tenda robek yang sudah tidak terpakai, Kamis, (22/8/2024).

 

Isi menu dalam kotak makanan yang rutin diberikan Suku Dinas Administrasi Jakarta Selatan kepada pengungsi, Kamis, (22/8/2024).

 

Toilet darurat portabel yang terletak di belakang posko utama, hanya bisa digunakan untuk buang air kecil, bahkan beberapa di antaranya rusak tak bisa dipakai, Kamis, (22/8/2024).

 

Salah satu pengungsi sedang membasuh tangan dengan air yang dialirkan langsung dari tandon air, Kamis, (22/8/2024).

Keadaan posko pengungsian, tiga hari sebelum sterilisasi, Kamis, (22/8/2024).

Antrean panjang pembagian makanan dan perlengkapan harian oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kamis, (22/8/2024).

 

Para pengungsi mencari pakaian bekas kayak pakai di tumpukan baju donasi, Kamis, (22/8/2024).

Korban kebakaran berada di depan sisa bangunan rumahnya yang sudah menjadi abu, Kamis, (22/8/2024).

Coretan di sisa tembok bangunan yang sudah terbakar, Kamis, (22/8/2024).