Jejak Berdarah di Jalan Ambisi Nol Karbon Kendaraan Listrik

Jejak Berdarah di Jalan Ambisi Nol Karbon Kendaraan Listrik

Rendah karbon dan dianggap jadi simbol ekonomi bersih, kendaraan listrik kini berhasil jadi primadona baru di pasar otomotif. Namun proses menuju nol emisi karbon yang ditempuh Indonesia melalui kendaraan listrik ternyata menciptakan jejak berdarah bagi masyarakat dan lingkungan. 

Koalisi Masyarakat Sipil membuat kampanye bertajuk “Bloody Nickel: Sisi Gelap Kendaraan Listrik” untuk mengungkap praktik kotor di balik produksi kendaraan listrik. Kisah dari Ayunia Muis, jadi pengantar. Ia menjadi salah satu korban tambang nikel di Desa Torobulu, Sulawesi Tenggara.

Ya, kendaraan listrik menggunakan nikel dan kobalt sebagai bahan dasarnya. 

“Mereka (perusahaan) sudah lama beroperasi, namun saat 2019 mulai masuk pemukiman,” tutur Ayu kepada Deduktif dalam kampanye tersebut, Minggu (5/5/2024). 

Koalisi Masyarakat Sipil yang digawangi oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menggelar aksi geruduk di Pameran Kendaraan Listrik Perklindo Electric Vehicle Show (PEVS). Di rumah Ayu, tambang nikel hanya berjarak lima meter dari pemukiman dan sekolah dasar. 

Jejak berdarah perusahaan tambang nikel tak berhenti di sana, mereka juga menambang sumber air konsumsi warga Torobulu. Imbas invansi pertambangan membuat laut di sekitar pemukiman terkontaminasi dan udara tercemar debu pertambangan.

Berbagai cara dikerahkan Ayu dan warga untuk membela hak mereka. Mereka  bermediasi dengan Bupati Konawe Selatan, Surunuddin Dangga pada 2023, namun hasilnya hanya rekomendasi menambang berjarak sepuluh meter dari jalan. Pontang-panting menagih hak, masyarakat justru dijadikan tersangka.

“Sampai saat ini 32 orang dari kami menjadi tersangka di Polda Sulawesi Tenggara akibat menghalang-halangi proses penambangan,” ucap Ayu.

Konflik pertambangan serupa terjadi juga di Dairi, Sidikang, Sumatera Utara. Warga terang-terangan menolak investasi ekstraktif di daerahnya karena perusahaan tambang PT Dairi Prima Mineral (Dairi Prima) beroperasi tepat di atas patahan gempa. Mereka juga tidak memiliki dokumen analisis geologi.

Warga Dairi, Sidikang, Sumatra Utara telah mengajukan pengaduan masalah izin tambang. Hanya saja, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak menerima kasus tersebut.

“Situasi sangat rumit karena kebijakan pertambangan lebih menguntungkan politisi yang berkuasa, dan pemerintahan tetap diisi orang yang sama,” jelas Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), Melky Nahar, Sabtu (4/5/2024).

Caption 

Pameran 001
Sejumlah foto perjuangan melawan tambang terpampang di dinding Pameran Tandingan Kendaraan Listrik 2024, Sabtu (4/5/2024).

Pameran 002
Seorang pengunjung mengabadikan momen pameran “Bloody Nickel” dengan memotret foto-foto tentang penambangan, Sabtu (4/5/2024).

Aksi 001
Massa aksi “Bloody Nickel: Sisi Gelap Kendaraan Listrik” memadati pintu masuk pameran Kendaraan Listrik Perklindo Electric Vehicle Show (PEVS) di Jakarta International Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Pusat pada Minggu (5/5/2024).

Aksi 002
Ayunia, salah satu warga yang terkena dampak buruk pertambangan di Sulawesi Utara ikut meramaikan aksi, Minggu (5/5/2024).

Aksi 003
Peserta aksi melakukan unjuk rasa di luar Gedung Jiexpo setelah dipaksa keluar oleh polisi dan petugas keamanan, Minggu (5/5/2024).

Aksi 004
Peserta aksi dari Ibu Kota Nusantara (IKN), Adjie Valeria turut berkontribusi di Aksi Geruduk Pameran Kendaraan Listrik, Minggu (5/5/2024).

Aksi 005
Para demonstran berfoto bersama di luar Gate IX setelah selesai berorasi, Minggu (5/5/2024).

Penulis dan Reporter: Febria Adha Larasati
Editor: Aditya Widya Putri