Jerat Judi Online, Perangkap Candu Taruhan Digital

Jerat Judi Online, Perangkap Candu Taruhan Digital

Pada tahun 2024 lalu, sekitar 4 juta masyarakat Indonesia terjerat judi online (Judol). Korbannya berasal dari berbagai kalangan, mulai dari tukang ojek, mahasiswa, hingga anak sekolah. 

Roni (28), bukan nama sebenarnya, pedagang sosis-bakso bakar di kawasan Cengkareng yang belum lagi “tobat” bermain judol. Tahun 2016 adalah awal mula ia terjebak dalam lingkaran pertaruhan slot dan togel. Diajak oleh temannya, Roni langsung untung Rp2 juta dengan hanya bermodalkan Rp100 ribu saja.

Sejak saat itu ia mulai mencoba parlay, slot, hingga togel. Modalnya, biasanya Rp50 ribu, tapi tak jarang Roni top up hingga ratusan ribu rupiah. 

“Iseng aja, sebenarnya enggak melulu untung, justru banyak ruginya. Kalau dihitung-hitung, dari 2016 sudah habis belasan juta,” aku Roni saat saat diwawancarai langsung oleh Deduktif, Rabu, (11/12/2024). 

Meski rugi bandar, ia masih ikut “main” bersama teman-temannya. “Mereka suka bilang ‘bola lagi bagus, nih. Ayok, main!’ Jadinya saya ikut lagi,” tutur Roni.

Gara-gara kecanduan judol, pendapatan Roni saat menjadi ojek online (ojol) seringkali boncos. Bahkan pernah menggadai handphone satu-satunya karena kehabisan uang judi, tapi mengaku uangnya untuk servis motor. 

“Pokoknya banyak alasan, namanya penjudi pasti jago ngeles,” ujarnya terkekeh.

Gara-gara masalah gadai handphone itulah Roni berhenti menjadi ojol dan beralih berdagang sosis-bakso bakar sejak tahun 2024. Penghasilan bersihnya sampai sekitar Rp50 ribu per hari. Tentu minim di tengah kondisi ekonomi yang sungguh bengis saat ini. Tapi, Roni masih memilih bertaruh judol dengan harapan bisa menambang cuan.

 

Judol Bikin Pinjol 

Senasib dengan Roni, seorang pengemudi ojek online, yakni Anto (25), bukan nama sebenarnya, juga terjerat judol. Anto menjadikan judol sebagai hiburan di sela pekerjaan. Buat Anto, judol adalah harapan baginya untuk mengembalikan modal deposit. meski kenyataannya ia lebih sering kalah, ketimbang menang judi. 

“Namanya manusia. kan dikasih enak, jadinya diterusin dan berharap dikasih men̈ang terus sama aplikasi. Walaupun kadang enggak sesuai sama harapan,” kata Anto yang tengah nangkring di situs judi poker dan parlay saat ditemui Deduktif di kawasan Cengkareng Rabu, (15/1/2025).

Sejak 2018, ia mengeluarkan deposit bervariasi, mulai dari Rp50 ribu hingga Rp500 ribu dalam sekali main. Anto sempat “menang” sebesar Rp9 juta. 

“Dapat Jackpot! Langsung beli sepatu futsal sama traktir temen-temen tongkrongan.”

Anto bahkan sampai membuka aplikasi pinjaman online untuk memuaskan hobi judinya. Pinjaman online yang ia ajukan hanya untuk judol mencapai 40 juta rupiah. Hingga kini, ia masih menyicil hutang pinjol dengan menyisihkan sekitar …. persen dari penghasilan mengojek sebesar Rp200-350 ribu per hari.

 

Menjangkiti Mahasiswa Perguruan Tinggi

Roni dan Anto mungkin masih bisa dibilang “mending” karena berjudi dengan penghasilan sendiri. Adalah Maman (21) dan Reza (21), bukan nama sebenarnya, mahasiswa di perguruan tinggi negeri kawasan Jakarta yang terbelenggu judol, meski masih mendapat uang jajan dari orang tuanya. 

“Awalnya penasaran, tapi bikin candu saat dapat Rp600 ribu dari modal depo gocap doang,” kata Maman yang mulai menjajal judol sejak tahun 2022, Senin, (2/12/2024).

Dalam sehari, Maman menyisihkan Rp50 ribu untuk deposit. SEjatinya ia paham, bahwa situs judol memiliki algoritma yang telah diatur sistem, sehingga mustahil memberi kemenangan berkali-kali. Tapi pemahaman itu malah salah diartikan.

“Kata orang-orang kalau sudah main di satu situs, harus pindah ke situs lain.”

Jadilah Maman beralih-alih situs judol, mulai dari satu website ke website lainnya. Temannya, Reza lebih parah lagi, ia adalah mahasiswa akhir yang sudah terjerat judol sejak tahun awal  kuliah. Bisan main gim online, Reza menjajal main judol saran temannya yang merupakan admin di situs tersebut.

”Dia nawarin buat main di situsnya, tapi sekarang situsnya udah enggak ada, diblokir,” jelas Reza kepada Deduktif, Jumat, (29/11/2024).

Untuk menambah uang depo, Reza ngojek dengan akun ojek online rekannya. Biasanya, ia menyetor Rp50 ribu untuk depo judol, bahkan ketika keuangannya tengah cekak, ia masih mengupayakan depo, minimal Rp20 ribu ke akun judol slot miliknya. 

“Enggak sampai depo Rp500 ribu.Itu mah buat orang-orang kaya. Kalau orang kaya kita, apalagi mahasiswa setor dikit buat iseng doang,” kata Reza, seperti menormalisasi perilaku adiksinya.

Caption

  1. Aktivitas harian Roni, berdagang bakso-sosis bakar di kawasan Cengkareng, Rabu (11/12/2024).
  2. Roni menunjukkan riwayat deposit, keuntungan, dan kerugian saat bermain slot di salah satu situs judol, Rabu, (11/12/2024).
  3. Sejak 2024, Roni memilih untuk menjadi penjual sosis setelah purnaojol selama enam tahun, Rabu. (11/12/2024).
  4. Anto tengah istirahat dari rutinitas mengantar-jemput penumpang sebagai ojek online, Rabu, (15/1/2024).
  5. Anto sudah berhenti menggeluti judol, namun masih mengunjungi situs judol untuk menonton siaran langsung pertandingan bola gratis, Rabu, (15/1/2024).
  6. Tabel keuangan Anto sebagai upaya mengatur perekonomiannya akibat kecanduan judol dan pinjol, Rabu, (15/1/2024).
  7. Tampilan layar salah satu gim judol yang kerap dimainkan Maman bersama rekannya, Reza, Senin (2/12/2024).
  8. Maman bersama temannya mengulas peluang menang judol di taman kampus, Senin, (2/12/2024).
  9. Nomor Maman yang sudah terdaftar di akun judol, kontaknya diprioritaskan untuk penawaran judol, Senin, (2/12/2024).
  10. Reza mencoba situs judol terbaru untuk bertaruh kemenangan, Jumat, (29/11/2024).
  11. Reza menunjukkan layar tampilan situs judol dengan beragam gim yang sering ia kunjungi, Jumat, (29/11/2024).