Kenapa Bahan Pokok Naik Dekat Lebaran?

Mengapa Harga Pangan Melonjak Saat Lebaran?

 

TL;DR

  • Harga pangan naik saat ramadan dan menjelang lebaran karena permintaan yang tinggi sementara pasokan menipis.
  • Cuaca yang tak menentu menjadi ancaman gagal panen, dan membuat harga pangan tak stabil.
  • Pilih barang yang relatif mudah didapat (normal goods) karena cenderung kebal dari permainan harga.

 

Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri selain identik dengan kemeriahan, juga selalu ditandai dengan kenaikan harga bahan pangan. Per Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional Bank Indonesia pada tanggal 22 Maret 2025 contohnya, terjadi kenaikan beberapa bahan pangan seperti minyak goreng, daging, dan cabe rawit.

 

Pada Januari 2025 harga minyak goreng tercatat seharga Rp18.800-25.100 per liter. Pada bulan Maret, harganya menanjak ke Rp19.100-25.400 per liter. Harga tertinggi terekam di wilayah Gorontalo.

 

Kemudian daging, pada bulan Januari tercatat seharga Rp99.200-164.150. Pada bulan Maret, harganya naik sedikit di angka Rp100.700-163.750. Harga tertinggi terekam di Kalimantan Selatan, yaitu Rp163.750. Sementara harga beras bulan Maret berkisar Rp13.500-18.100. Meski mengalami kenaikan, harga ini tak berbeda banyak dengan harga Januari lalu, yaitu Rp 13.250-18.100. 

 

Sementara untuk cabe rawit pada bulan Januari, harganya terpantau Rp51.250-84.800 per kilogram. Pada 6 Maret, harga cabai rawit meroket mencapai Rp 67.350-93.350 per kilogram. Per 22 Maret harganya meningkat tajam ke Rp 140.000 di Kalimantan Utara. 

 

Apa penyebab harga bahan pangan naik setiap ramadan dan lebaran? Deduktif merangkum beberapa faktor penyebab, diantaranya:

 

  1. Faktor Cuaca

Cuaca buruk dan banyaknya hama di sentra produksi menjadi penyebab utama yang membuat harga cabai melonjak. Berdasar data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak musim hujan terjadi pada Januari hingga Februari 2025.

 

Daerah-daerah produsen cabai rawit yang paling terdampak adalah Tuban, Kediri, dan Blitar. Dikutip dari Detik, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengatakan tidak yakin harga cabai rawit akan turun dalam waktu dekat. Selama curah hujan masih tinggi dan hari terik yang tak bisa diprediksi, cabai akan rentan membusuk dan berakhir gagal panen.

 

Hal serupa juga mendera para petani jagung di Golewa, Ngada, Nusa Tenggara Timur. Banyak jagung yang gagal panen, diikuti dengan pasokan beras yang semakin menipis. Bayang-bayang kelangkaan pangan terus menghantui mereka.

 

Pemerintah mengadakan rapat koordinasi dengan para petani untuk mencari jalan keluar dari situasi tersebut. Strateginya memperbanyak asupan nutrisi pemberian kalsium dan pupuk agar batang tanaman lebih kuat dari serangan hama dan pengaruh hujan deras. 

 

  1. Faktor Permintaan

Kenaikan harga pangan selama Ramadhan terjadi karena permintaan yang meningkat. Tunjangan hari raya (THR) menjadi faktor terbesar yang menunjang tingginya konsumsi masyarakat. Sayangnya, gagal panen yang terjadi akibat faktor cuaca dan hama akan membuat harga bahan pangan terus naik.

 

Ada pula permasalahan logistik, seperti kenaikan harga BBM, kemacetan, dan jarak tempuh distribusi. Praktik monopoli dan penimbunan oleh oknum tertentu juga ikut dituding sebagai penyebab melonjaknya harga. 

 

Apa yang Pemerintah Lakukan? 

 

Sejauh ini pemerintah lewat Badan Pangan Nasional (Bapanas), PT Pos Indonesia, Unit Pelaksana Teknis Kementerian Pertanian (Kementan), dan badan usaha lainnya mengadakan operasi pasar dan Gerakan Pangan Murah (GPM) di seluruh Indonesia. Total target operasi pasar ada di angka 4.500 titik dan berlangsung setiap hari dari pukul 08.00 sampai 11.00 waktu setempat sampai tanggal 29 Maret 2025. 

 

Bahan pangan prioritas yang dijual dibawah harga eceran tertinggi (HET) dan harga acuan penjualan (HAP) adalah Minyakita, bawang putih, gula, daging kerbau beku, dan beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP). Harga komoditas bawang putih dijual seharga Rp32.000/kg dengan target penjualan 20 ribu ton, minyak goreng seharga Rp14.700/liter dengan target penjualan 70 ribu ton, dan daging kerbau seharga Rp75.000/kg dengan target penjualan 80 ribu ton.

 

Untuk menjaga harga dan menghindari penimbunan, setiap pembelian dijatah: Minyakita maksimal 2 liter, bawang putih 1 kilogram, gula dan daging kerbau beku masing-masing 2 kilogram, dan beras SPHP maksimal 10 kilogram.

 

Menanggapi kenaikan harga pangan selama bulan Ramadhan, dosen Ekonomi Islam Universitas Airlangga Dr. Tika Widiastuti S.E. M.Si membeberkan tiga tips untuk mengantisipasi hal ini. Pertama, pembeli harus mengevaluasi pembelian barang—apakah barang ini perlu atau bahkan mendesak untuk dibeli? Kalau tidak, urungkan pembelian dulu sampai harganya stabil. 

 

Kedua, pembeli sebaiknya memilih barang yang relatif mudah untuk didapat (normal goods) karena cenderung kebal dari permainan harga. Ketiga, prioritaskan pemenuhan kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi, seperti pangan dan pendidikan.