Sejak 2017, nama Ormat Technologies mulai mencuat di Indonesia setelah delegasi DPR RI mengunjungi proyek panas bumi perusahaan ini di California, Amerika Serikat. Kunjungan tersebut dipimpin oleh Agus Hermanto, didampingi tokoh-tokoh seperti Satya Widya Yudha, Ramson Siagian, dan perwakilan Kementerian ESDM serta Pertamina Geothermal Energy.
Dalam pertemuan itu, DPR RI mempelajari regulasi energi terbarukan di California yang pro-investor, mendorong Indonesia mengadopsi kebijakan serupa sesuai komitmen Kesepakatan Paris 2015. Satya Widya Yudha menekankan pentingnya membangun center of excellence geothermal untuk memaksimalkan potensi energi panas bumi nasional.
Tak hanya berinteraksi di forum internasional seperti Pacific Energy Summit, Ormat juga mempererat jalinan dengan tokoh-tokoh strategis di Indonesia. Salah satu momen penting adalah wawancara CNN Indonesia dengan Paul Thomsen, Wakil Presiden Pengembangan Bisnis Ormat, yang memaparkan potensi lapangan kerja dan ekonomi dari proyek PLTP Sarulla dan Ijen.
Memasuki 2022, kerja sama Ormat Technologies dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mulai terlihat jelas. Ormat menjadi mitra dalam Geothermal Forum Webinar Series, membahas pengembangan empat proyek besar: PLTP Ijen, Sarulla, Wapsalit, dan Toka Tindung. Kerja sama berlanjut dengan dukungan Ormat sebagai sponsor International Geothermal Workshop (IIGW), termasuk kategori Gold Sponsor di 2025.
Jejak hubungan ini semakin kuat dengan kehadiran Dion Murdiono, Presiden Direktur PT Ormat Geothermal Indonesia sekaligus alumni ITB, yang duduk di Dewan Penasehat Program Studi Magister Teknik Geotermal. Tokoh lain seperti Hilmi Panigoro (Medco Energi) dan Ahmad Subarkah Yuniarto (Pertamina Geothermal Energy) juga terhubung dalam proyek-proyek bersama Ormat.
Puncaknya, pada Juni 2025, ITB dan PT Ormat Geothermal Indonesia menandatangani perjanjian strategis untuk mendukung pengembangan SDM unggul di sektor energi panas bumi. Kesepakatan ini menjadi tonggak penting dalam memperluas peran Indonesia di kancah industri geothermal dunia, sekaligus memperlihatkan bagaimana jaringan akademisi, pelaku industri, dan kebijakan pemerintah dapat saling terkait dalam skema energi terbarukan.
Ragam Kerjasama Ormat Technologies
Kunjungan Pemerintah Indonesia ke Proyek Ormat Technologies
Oleh Fajar Nugraha
17 Agustus 2025
TL;DR
1. Pada 2017, DPR RI melakukan kunjungan ke proyek Ormat Technologies di AS, membahas peluang investasi energi terbarukan dan kebijakan pro-investor seperti di California.
2. Ormat Technologies menjalin kerja sama strategis dengan ITB sejak 2022 melalui webinar, sponsorship IIGW, hingga perjanjian resmi pengembangan SDM geothermal pada 2025.
3. Jaringan tokoh dan alumni ITB berperan dalam memperkuat keterlibatan Ormat di Indonesia, termasuk proyek PLTP Ijen dan Sarulla yang terafiliasi dengan mitra besar energi nasional.
Di tahun yang sama ketika Ormat Technologies pertama kali beroperasi di Indonesia pada tahun 2017, pemerintah Indonesia melakukan kunjungan kerja ke proyek Ormat Technologies di Amerika Serikat.
DPR RI - DELEGASI DPR RI MENGUNJUNGI LAWRENCE BARKELEY LAB. & ORMAT GEOTHERMAL
Sumber: Kanal Youtube Resmi DPR RI
Sebuah video yang diunggah oleh akun YouTube resmi DPR RI, memperlihatkan dokumentasi kunjungan kerja sejumlah anggota DPR RI ke Lawrence Berkeley Laboratory dan proyek Ormat Technologies di California, Amerika Serikat, pada 6 Desember 2017. Kunjungan kerja itu berlangsung selama empat hari dari tanggal 4 Desember hingga 8 Desember 2017.
Agus Hermanto
Ali Mundakir
Nurdin Tampubolon
Ramson Siagian
Satya Widya Yudha
Yandri Susanto
Agus Hermanto yang menjabat Wakil Ketua DPR RI saat itu, memimpin delegasi kunjungan kerja. Satya Widya Yudha yang tengah menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Golkar, juga ikut dalam rombongan.
Selain Agus Hermanto dan Satya Widya Yudha, ada Direktur Operasi PT Pertamina Geothermal Energy, Ali Mundakir dalam rombongan, bersama dengan sejumlah perwakilan dari Kementerian ESDM dan KLHK RI. Di antara mereka, turut ikut pula Ramson Siagian dari Komisi VII Fraksi Gerindra, Nurdin Tampubolon dari Komisi I Fraksi Hanura, dan Yandri Susanto dari Komisi III Fraksi PAN.
“Indonesia perlu mencontoh negara bagian California yang telah mengeluarkan regulasi, yang memberi kesempatan luas kepada para investor, untuk mengembangkan sumber energi baru terbarukan dengan berbagai insentif. Sehingga investor berlomba-lomba mengembangkan energi baru terbarukan,” kata Satya dikutip dari video kunjungan kerja tersebut.
Lebih lanjut, Satya mendorong pemerintah untuk berkomitmen mengeluarkan regulasi dan aturan-aturan yang memudahkan dan merangsang investor. Terutama untuk berinvestasi dalam bidang EBT mengacu pada Kesepakatan Paris 2015 tentang perubahan iklim atau Conference of the Parties ke-21 (COP21) yang diteken Indonesia.
Dikutip dari laporan Antara pada 8 Desember 2017, Satya menambahkan, Indonesia dapat mengadaptasi strategi pengelolaan energi Amerika Serikat khususnya dalam segmen geothermal. Ia bahkan mendamba pusat penelitian geothermal di Indonesia bisa bekerja sama dengan pusat-pusat penelitian geothermal lain di dunia.
“Alangkah hebatnya Indonesia jika bisa memiliki center of excellent, sehingga potensi geothermal yang kita miliki bisa dioptimalkan sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional ke depan,” imbuhnya.
Selama kunjungan kerja itu, delegasi DPR RI bertemu dengan perwakilan dari Lawrence Berkeley Laboratory dan Ormat Technologies. Salah satunya adalah Mark C. Thurber, yang merupakan Associate Director Program on Energy and Sustainable Development dari Universitas Stanford, Amerika Serikat.
Delegasi DPR RI bertemu dengan Thurber di Universitas Stanford. Dalam pertemuan dengan Thurber, delegasi DPR RI mempelajari carbon pricing. Dalam terminologi industri energi, carbon pricing merupakan kebijakan yang mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan.
Jauh hari sebelum Satya dan Thurber bertemu dalam rangkaian kunjungan kerja DPR RI di 2017, mereka berdua telah menghadiri satu konferensi bersama di Beijing, China, pada 2015 silam. Dari sebuah publikasi The National Bureau of Asian Research (NBR)—lembaga riset kebijakan strategis Asia—Satya dan Thurber tercatat sebagai dua pemateri yang mengisi panel diskusi di Pacific Energy Summit ke-6.
Pacific Energy Summit berlangsung pada 27 hingga 29 Mei 2015, mempertemukan berbagai pihak mulai dari delegasi pemerintahan, pengusaha, peneliti, hingga jurnalis dari sejumlah negara yang biasa meliput isu energi. Pacific Energy Summit 2015 diselenggarakan oleh NBR dan China Energy Research Society (CERS)—organisasi penelitian nirlaba di Tiongkok yang fokus pada studi, pengembangan kebijakan, dan promosi kerja sama di bidang energi nasional dan internasional.
Dalam Pacific Energy Summit 2015, Satya mengisi panel The Geopolitics of Oil and Gas in Asia. Sedangkan Thurber mengisi panel Health and Environment. Namun dikutip dari 2015 Summit Report yang NBR dan CERS rilis, ada satu sesi yang mempertemukan Satya dan Thurber dalam satu panel. Dalam panel Promoting a Healthy Society through Clean Air Policies, Satya menjadi panelis dan Thurber bertugas sebagai moderator.
Satya nampaknya punya peran cukup krusial mewakili Indonesia dalam berbagai pertemuan internasional, terutama dalam pertemuan yang membahas tentang pengembangan industri EBT di Indonesia.
Satya dan Thurber tidak hanya bertemu pada 2015 dan 2017, keduanya kembali berada di Pacific Energy Summit 2019 yang diselenggarakan oleh NBR bekerja sama dengan Asian Development Bank Institute di Tokyo, Jepang. Pacific Energy Summit 2019 berupaya menjajaki langkah-langkah praktis dan dapat ditindaklanjuti oleh Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara lain untuk memajukan keamanan energi di Indo-Pasifik.
Dari kunjungan delegasi DPR RI ke Lawrence Berkeley Laboratory dan proyek Ormat Technologies di Amerika, Deduktif menemukan CNN Indonesia sebagai media nasional yang diberi undangan untuk turut serta dalam rombongan dan meliput kunjungan kerja itu.
Sebuah video yang tayang pada 11 Desember 2017 di kanal YouTube resmi CNN Indonesia, memperlihatkan dokumentasi kunjungan kerja DPR RI selama di Amerika. Selain memperlihatkan potongan klip presentasi teknologi geothermal Ormat Technologies, perbincangan di atas meja, hingga aerial view yang memperlihatkan proyek geothermal Ormat Technologies, video liputan dari CNN Indonesia memuat wawancara dengan perwakilan Ormat Technologies yang tak disebutkan namanya.
Dalam penelusuran lebih lanjut, sosok yang diwawancarai CNN Indonesia bernama Paul Thomsen. Saat ini, ia menjabat sebagai Wakil Presiden Pengembangan Bisnis Ormat Technologies. Selain mempresentasikan proyek geothermal Sarulla dan metode konverter yang dipakai Ormat Technologies dalam proyek geothermalnya, Paul juga mengurai berbagi keuntungan jika Indonesia terus mengembangkan PLTP bersama Ormat Technologies.
“Kami berharap dapat membangun lebih banyak proyek [geothermal] serupa di Indonesia, mengembangkan sumber-sumber geothermal lokal, dan membuka lebih banyak lapangan pekerjaan serta peluang ekonomi di Indonesia,” urai Paul, berkebalikan dengan dampak yang timbul dari sederet proyek geothermal Ormat Technologies di Indonesia.
Separuh dekade setelah kunjungan ke Israel, Leila (bukan nama sebenarnya), salah satu Fellow Hasbara kembali ke Indonesia. Pada tahun 2018, ia masih menjadi mahasiswa magister di salah satu perguruan tinggi New Jersey, Amerika Serikat. Selama 14 bulan menempuh studi di sana, ia mengikuti program Hasbara Fellowships bersama 2 orang teman kampus.
Keikutsertaan Leila pada Hasbara Fellowships, mengantarkannya pada sejumlah program pelatihan advokasi tentang Israel di mata dunia. Salah satunya termasuk program Think Green Think Blue. Kini Leila menetap di kota paling utara Jawa Barat. Ia bekerja sebagai manajer komersial untuk sebuah perusahaan produk rumah tangga, yang berkantor pusat di Jakarta.
“Ada seseorang [di rombongan Leila] yang kemudian jadi asisten pejabat IDF sampai sekarang, ada juga yang kerja untuk lembaga think-tank Israel. Nah, ada juga yang memang bekerja di perusahaan-perusahaan yang jadi mitra Hasbara Fellowships. Bisa jadi ada yang kerja untuk Ormat juga,” tutur Leila.
Berbeda dengan kebanyakan peserta di rombongan Hasbara Fellowships, ia tak menjalankan “misi” apa pun ketika kembali ke kampus atau bahkan setelah lulus dan pulang ke Indonesia. Leila menyebut bahwa beberapa kenalan di rombongan Hasbara Fellowships saat itu, benar-benar menjalankan misi advokasi serta propaganda untuk memoles citra Israel sebagai negara yang superior.
Keputusan Leila untuk mengikuti program Hasbara Fellowships saat itu tentu berangkat dari kesadaran penuh. Jauh sebelum peristiwa 7 Oktober 2023, Leila telah mengetahui bahwa yang dilakukan Israel terhadap Palestina, adalah sebuah kejahatan genosida sistemik sejak Nakba pertama pada Desember 1947.
Leila mengaku bahwa ia ingin mengetahui lebih jauh tentang Israel dari rangkaian program Hasbara Fellowships. Ada segunduk rasa penasaran di kepala Leila ketika peluang mengikuti Hasbara Fellowships saat itu terbuka lebar: bagaimana orang-orang di institusi pendidikan hingga pemerintahan Israel bekerja sama dalam membentuk opini publik agar memihak negara mereka.
“Sepulang ikut program di sana [Israel], jujur langsung ngerasa goncang sekaligus takjub. Memang serapih itu [program Hasbara Fellowships] buat bikin semua peserta jadi garda terdepan advokasi Israel di banyak negara,” imbuh Leila.
Menurut Leila, ada seorang teman dari kampusnya yang turut mengikuti Hasbara Fellowships di tahun yang sama, namun beda kloter. Teman yang ia maksud seorang lelaki berdarah Mali-Amerika. Leila menganggap temannya bahkan seakan ingin menyabotase program Hasbara Fellowships.
“Dia [temannya yang Mali-Amerika itu] ikutin semua rangkaian programnya. Pulang dari Israel justru membentuk komunitas yang bersolidaritas untuk Palestina di Princeton. Akhirnya dia di-blacklist di jaringan Hasbara Fellowships setelah ketahuan bikin komunitas pro Palestina itu,” ungkap Leila lebih lanjut di sambungan telepon Signal.
Leila menyadari bahwa kunjungannya ke Israel saat itu tentu bisa memicu perdebatan dengan anggota keluarga, atau bahkan sejumlah temannya di Indonesia maupun ketika masih menjadi mahasiswa di Amerika Serikat. Keputusan untuk mengikuti Hasbara Fellowships, ia ambil tanpa memberitahu mereka.
Bahkan dari kunjungan itu, hubungan Leila dengan seorang sahabatnya di Indonesia merenggang. Namun itu tak berlangsung lama, Leila segera menjelaskan posisinya ada di sisi Palestina.
“Sempat dimusuhin sahabat yang sejak lama pro Palestina, tapi akhirnya kami rekonsiliasi kembali. Sebisa dan semampuku sekarang, turut ambil bagian di solidaritas terhadap Palestina,” timpal Leila.
Meski sudah tidak berkontak dengan fellow lain di Hasbara Fellowships, di awal tahun 2022 Leila pernah dihubungi oleh seorang fellow asal Amerika yang ia duga masih aktif menjalankan program advokasi Hasbara Fellowships. Fellow tersebut mengabari Leila kalau Hasbara Fellowships dan Ormat Technologies akan bekerja sama dengan satu perguruan tinggi negeri Indonesia.
Leila baru mengetahui perguruan tinggi mana yang akan bekerja sama dengan Hasbara Fellowships dan Ormat Technologies, di bulan Maret 2022—selisih 2 bulan dari pertama kali Leila dikabari.
“Setelah 2 bulan nggak merespons pesan saya, dia [rekan fellow Hasbara Fellowships] akhirnya memberitahu bahwa perguruan tinggi negeri yang dimaksud itu ITB. Tapi [kerja samanya] tidak dengan Hasbara Fellowships, melainkan sama Ormat langsung,” kenang Leila.
Leila tak mengetahui bentuk kerja samanya, bahkan tidak peduli. Namun dari pengakuan Leila, Deduktif menelusuri lebih lanjut kerja sama antara Ormat Technologies dan Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui sejumlah sumber.
Dari sebuah publikasi di laman resmi ITB pada 31 Mei 2022, Deduktif menemukan bukti bahwa informasi yang Leila dapat dari rekan sesama fellow Hasbara Fellowships itu memang benar. Ormat Technologies dan ITB menjalin kolaborasi terkait pengembangan potensi sumber panas bumi untuk industri geothermal di Indonesia.
Publikasi itu menyebut bahwa program studi magister Teknik Geotermal, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (FTTM ITB), menyelenggarakan Geothermal Forum Webinar Series 2022 pada Jumat, 20 Mei 2022, berkolaborasi dengan Ormat Technologies. Sesi webinar antara Ormat Technologies dan FTTM ITB itu, mengangkat tema “Introduction to Ormat, Lower Temperature Resources and Ideas for Enchancing Geothermal in Indonesia”.
Sosok yang menyampaikan materi di webinar itu adalah Ryan Libbey selaku Principal Geologist Ormat Technologies, dan Simon Webbison yang merupakan Vice President of Exploration and Resources Management dari Ormat Technologies. Materi keduanya mereka sampaikan di webinar dalam bahasa Inggris.
Video rekaman webinar itu bahkan diunggah oleh akun resmi FTTM ITB di YouTube mereka. Pada sesi pemaparan Simon Webbison, ia membahas tentang 4 proyek geothermal yang Ormat Technologies kembangkan di Indonesia: PLTP Ijen, PLTP Sarulla, PLTP Wapsalit, dan PLTP Toka Tindung.
Tak berhenti di situ, kerja sama Ormat Technologies dengan ITB juga berlanjut di tahun 2025. Pada Juni 2025, ITB bakal menggelar International Geothermal Workshop (IIGW) ke-14. Dikutip dari laman resmi IIGW ke-14, lokakarya ini mengambil tema “Harmonizing Geothermal Energy: Bridging Power Production and Direct Utilization to Empower Communities”.
Dalam keterangan yang tertera di laman resmi IIGW ke-14, lokakarya ini bakal mempertemukan para profesional terkemuka, perwakilan pemerintah, akademisi, dan pelaku industri untuk bertukar wawasan, memamerkan teknologi inovatif, dan membahas tantangan dalam mengintegrasikan listrik dan pemanfaatan langsung ke dalam kerangka kerja pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, lokakarya IIGW ke-14 itu bertujuan menunjukkan bagaimana energi panas bumi dapat menjadi alat ampuh untuk memberdayakan masyarakat, meningkatkan mata pencaharian, dan menciptakan ketahanan jangka panjang.
Di bagian daftar sponsor, Ormat Technologies menjadi salah satu penyokong dana lokakarya bersama mitra perusahaan maupun konsorsium lain seperti PT SMI, Star Energy Geothermal, dan Sarulla Operations. Ormat Technologies menjadi sponsor di kategori Gold dengan spesifikasi bantuan dana sponsorship sebesar Rp60 juta. FTTM ITB bahkan menayangkan video profil Ormat Technologies sebagai salah satu sponsor IIGW ke-14 di akun YouTube FTTM ITB.
“Nggak kaget sih kalo itu [yang bekerja sama dengan Ormat Technologies] ternyata ITB. Masuk akal kalau misalkan Ormat juga jadi sponsor lokakarya mereka. Geothermal ITB memang sering dapet juara internasional,” ungkap Leila.
Setahun sebelum menjadi sponsor IIGW ke-14, Ormat Technologies bahkan andil di lokakarya IIGW ke-13 di tahun 2024. Di lokakarya sebelumnya, Ormat ambil bagian di sesi Plenary Session dengan topik “Company Update - ORMAT Technologies Inc.” Ormat Technologies juga menjadi sponsor, di mana di tahun itu PT Medco Energi Internasional juga menjadi sponsor IIGW.
Hubungan Ormat Technologies dengan ITB bahkan Deduktif temukan dari sosok presiden direktur PT Ormat Geothermal Indonesia. Dari akta perusahaan PT Ormat Geothermal Indonesia dengan nomor SP Data Perseroan AHU-AH.01.09-0157882, yang kami akses pada 16 April 2025, nama Dion Murdiono tercatat sebagai Presiden Direktur. Dari penelusuran Linkedin Dion Murdiono, Presiden Direktur PT Ormat Geothermal Indonesia ini adalah lulusan ITB.
Dion bahkan pernah menjadi pemateri di Plenary Session 3 (Company Update) IIGW ke-12 pada tahun 2023 dengan tema “Current Status and Future Planning of Ormat Geothermal Indonesia Working Areas”.
Dalam penelusuran Deduktif lebih lanjut, kami menemukan nama Dion juga menjadi anggota Dewan Penasehat (Advisory Board) untuk Program Studi Magister Teknik Geothermal di FTTM ITB. Temuan itu berasal dari Keputusan Dekan FTTM ITB dengan nomor 61/IT1.C05/SK-KP/2023, yang ditetapkan pada 14 Februari 2023.
Selain Dion, ada 2 nama lain yang menjadi anggota Dewan Penasehat program studi di Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB itu: yakni Hilmi Panigoro dan Ahmad Subarkah Yuniarto. Keduanya sosok itu punya afiliasi bisnis dengan Ormat Technologies melalui perusahaan masing-masing.
Hilmi Panigoro merupakan Direktur Utama PT Medco Energi Internasional Tbk sekaligus saudara kandung dari Arifin Panigoro. Sedangkan Ahmad Subarkah Yuniarto adalah Direktur Utama dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Kedua perusahaan dari 2 sosok itu terafiliasi dengan Ormat Technologies di proyek PLTP Ijen dan PLTP Sarulla.
Kerja sama strategis antara FTTM ITB dengan Ormat Technologies berlanjut hingga 2025. Selain menjadi sponsor IIGW KE-14, Ormat Technologies melalui PT Ormat Geothermal Indonesia, menandatangani Perjanjian Kerja Sama Penyelenggaraan Program Magister Teknik Geothermal dengan FFTM ITB pada 20 Juni 2025 di Hotel Four Points, Bandung. Kerja sama strategis itu disampaikan ke publik melalui sebuah publikasi di laman resmi FTTM ITB pada 22 Juni 2025.
Melalui publikasi di laman resmi FTTM ITB itu, kerja sama strategis itu “menandai komitmen kedua institusi dalam mendukung pengembangan sumber daya manusia unggul di bidang energi panas bumi”. Lebih lanjut dalam publikasi disebut bahwa perjanjian antara kedua pihak merupakan komitmen bersama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sektor geothermal.
Di momen penandatanganan perjanjian, Ketua Program Studi Magister Teknik Geotermal FTTM ITB yakni Dedy Irawan turut hadir bersama sejumlah staf, bersama dengan perwakilan dari PT Ormat Geothermal Indonesia. Dalam perjanjian keduanya, FTTM ITB diplot menjadi mitra akademik PT Ormat Geothermal Indonesia. Terutama dalam mendukung pengembangan kompetensi para profesionalnya melalui jalur pendidikan formal jenjang magister.