Tebak, Siapa Pemenang Poles Citra dan Pemilik Dana Kampanye Pilpres 2024 Terbesar?

Tebak, Siapa Pemenang Poles Citra dan Pemilik Dana Kampanye Pilpres 2024 Terbesar?

TL;DR
-Total pusaran uang dalam kampanye digital di platform Meta sepanjang 28 Oktober 2023 - 25 Januari 2024 mencapai puluhan miliar.
-Sebagian uang tersebut digunakan untuk saling serang lewat kampanye negatif.
-Iklan politik terkait Prabowo – Gibran mendominasi belanja iklan di Facebook yaitu mencapai Rp28,6 miliar. Sementara iklan terkait Ganjar Pranowo – Mahfud MD berkisar Rp9,9 miliar, dan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar Rp5,2 miliar dalam rentang waktu 1 Januari 2023 sampai 31 Januari 2024. 
-Prabowo mulai membangun citra positif lewat berbagai iklan media sosial sejak tahun 2020 untuk mempersiapkan Pemilu 2024.


Usaha Prabowo Subianto menjadi Presiden terpilih 2024-2029 tak bisa dibilang mudah saja. Lewat akun media sosial resmi Indonesia Adil Makmur yang juga tercatat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) diketahui, setengah windu sebelum waktu pemilihan umum (Pemilu), tepatnya sejak 2020, ia mulai membangun citra lewat berbagai iklan media sosial untuk Pemilu 2024. 

Tim kolaborasi Deduktif, Project Multatuli, Jaring.id, dan saintis data independen menemukan total aliran dana Rp6,5 miliar sejak 4 Agustus 2020 - 23 September 2023 untuk iklan media sosial Prabowo. Tak sia-sia lewat berbagai kampanye media sosial yang semarak dan penuh sokongan artificial intelligence (AI), Prabowo berhasil menggaet pemilih muda, generasi milenial dan Z, dua kelompok usia yang mendominasi daftar pemilih tetap pemilu 2024.

Nelbi, bukan nama sebenarnya, pelajar kelas 12 sebuah sekolah kejuruan di Citayam, Kabupaten Bogor, Jawa Barat adalah satu pencoblos pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. 

Kendati keluarganya punya pilihan lain di pemilu, Nelbi punya alasan kuat mengapa ia memiliki pandangannya sendiri terhadap sosok presiden ideal. Ia menganggap Prabowo sebagai calon pemimpin yang tegas dan mengemban amanah bangsa. Ia bahkan mengatakan jika teman-temannya memiliki pilihan yang sama dengannya. 

Anggapan itu bisa jadi paralel dengan bagaimana Prabowo menampilkan citra dirinya di media konvensional maupun sosial. Sebagai pengguna aktif media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok, Nelbi melihat sosok Prabowo memiliki kedekatan dengan anak muda. Iklan kampanyenya kerap wara-wiri di lini masa media sosialnya. Hal tersebut sedikit banyak turut berdampak pada pengambilan keputusannya, kata pelajar 18 tahun yang mengambil jurusan teknik mesin itu.

“Temen-temen paling sering ya bahas Prabowo, menurutku sih [dia akan] menang,” kata Nelbi. 

Nelbi tahu masa lalu Prabowo. Lewat pelajaran Sejarah di sekolahnya, ia tahu kelindan kejatuhan Orde Baru hingga era Reformasi. Namun baginya, masa lalu sudah sepatutnya hanya diletakkan di koridor masa lalu. 

“[Masa lalu] enggak berpengaruh lah,” tuturnya. “Itu udah jadi isu lalu dan lebih baik fokus sekarang saja.”

Memoles Citra, Mengais Atensi di Ceruk Media Sosial

Pemilih pemula dari kelompok Gen Z berjumlah 46.8 juta atau 22,85% dari total pemilih yang mencapai 204,8 juta, yang memberikan suaranya di pemilu 2024. Angka tersebut menjadi ceruk untuk meraup suara yang cukup signifikan. Maka tak heran pasangan capres-cawapres berlomba menggaet anak muda lewat bermacam cara. Salah satunya dengan memoles citra diri lewat media sosial. 

Istilah gemoy milik Prabowo, misal, diklaim oleh Tim Kampanye Nasional kubu Prabowo-Gibran muncul secara organik, ketika Prabowo berjoget sesaat sebelum mendaftarkan pencalonan dirinya dan Gibran ke KPU. Saat itu para kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang mendukungnya sontak meneriakkan kata ‘gemoy’, yang berarti gemas.

Kata itu lantas diadopsi dan diamplifikasi tim pemenangan Prabowo sebagai strategi kampanye untuk mendekatkan diri dengan generasi milenial dan Z. Namun mereka menampik dugaan bahwa strategi itu merupakan sebuah upaya memoles citra.

Namun catatan Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah bukti, pemilu kali ini punya nilai belanja iklan media sosial yang tumbuh dibanding dua pemilu sebelumnya. Pada pemilu 2014, KPU mencatat belanja iklan Prabowo dan Joko Widodo mencapai Rp186 miliar. Angka itu lalu naik menjadi Rp206,6 miliar pada pemilu 2019.  Belum ada data terkait jumlah dana yang digelontorkan untuk belanja iklan media sosial di dua periode tersebut. 

Pada dua periode pemilu sebelumnya, mayoritas belanja iklan politik digelontorkan ke stasiun TV, yang meraup Rp600 miliar lebih. Sebaliknya, pemilu 2024 menunjukkan adanya indikasi penurunan belanja iklan media konvensional hingga 50%.

Pemilu 2024 justru menunjukkan nilai belanja iklan media sosial yang fantastis. Kampanye digital pada platform Meta yang diperlihatkan oleh ketiga calon presiden menunjukkan berbagai strategi dan pendekatan yang berbeda. 

Lewat pengumpulan dataset melalui Meta Adlibrary selama periode 28 Oktober 2023 - 25 Januari 2024, kami menelusuri iklan berdasarkan halaman resmi tim kampanye dan kata kunci tertentu serta agregasi biaya dan jumlah iklan. 

Dari analisis kedua aspek tersebut, kami menemukan dominasi yang kuat dari kampanye Prabowo, baik dalam hal pengeluaran total maupun biaya rata-rata per iklan. Ini menandakan bahwa tim dari Prabowo mungkin memiliki sumber daya keuangan yang lebih besar dan kuat daripada Ganjar maupun Anies. 

Dengan menggelontorkan dana yang besar, Prabowo tampaknya bertujuan untuk memperluas jangkauan dan memastikan kampanyenya tersampaikan ke khalayak yang lebih luas. Tercatat tim Prabowo mengeluarkan dana lebih dari Rp1,1 miliar untuk belanja sebanyak 197 iklan dalam periode tersebut. 
Sementara itu, kampanye Ganjar Pranowo tampak lebih hemat dan mungkin mencerminkan strategi yang dirancang untuk memaksimalkan efisiensi anggaran. Jumlah biaya iklan yang ditayangkan oleh Ganjar tidak sebanyak Prabowo, hanya mencapai Rp632.4 juta, namun frekuensinya menunjukkan usaha untuk tetap kompetitif di ruang digital dengan memastikan kehadiran yang konsisten dengan jumlah iklan mencapai 1.965. Hal ini mungkin mencerminkan pendekatan yang berhati-hati namun strategis terhadap penggunaan dana kampanye untuk iklan digital. 
Di sisi lain, Anies Baswedan mengambil pendekatan yang berbeda yaitu dengan jumlah iklan dan pengeluaran yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan dua kandidat lainnya. Ini bisa jadi merupakan strategi yang sengaja dipilih oleh tim Anies untuk fokus pada bentuk kampanye lain atau refleksi dari strategi yang lebih berfokus pada target dan segmentasi yang spesifik daripada volume. Tim pemenangan Anies-Muhaimin Iskandar hanya mengeluarkan dana belanja iklan media sosial sebesar Rp18,5 juta untuk 33 iklan. 

<div class="flourish-embed flourish-scatter" data-src="visualisation/18358332"><script src="https://public.flourish.studio/resources/embed.js"></script></div> 
Sebaran Iklan, Lonjakan Konten, dan Demografi
Rata-rata tim pemenangan Prabowo-Gibran mengeluarkan dana Rp5,8 juta per iklan. Sedangkan tim Anies-Cak Imin Rp559 ribu per iklan dan disusul Ganjar-Mahfud Rp322 ribu per iklan. 
Lonjakan konten terlihat pada sekitar debat capres. Ganjar Pranowo menunjukkan lonjakan tajam dalam volume iklan menjelang debat pertama, yang mungkin merupakan usaha untuk memanfaatkan perhatian publik. Anies, dengan kenaikan yang signifikan sebelum debat kedua, tampaknya sengaja meningkatkan visibilitas pada momen kritis. 


Fluktuasi volume iklan Prabowo menunjukkan kampanye yang cukup dinamis, yang kemungkinan menyesuaikan strategi digital mereka secara langsung terhadap kejadian terkini atau pergeseran strategi kampanye. 
Fokus utama dari iklan-iklan kampanye tim Prabowo yakni di Jawa Barat, yang merupakan kantong pendukung terbesarnya, dengan proporsi pengeluaran sebesar 13.46% atau Rp154,9 juta dari total pengeluaran iklan sepanjang 28 Oktober 2023 sampai 25 Januari 2024. Strategi itu terbukti ampuh, di Jawa Barat Prabowo menang dengan perolehan 58 persen suara. Selain di Jawa dan Sumatera, iklan-iklan kampanye dari Prabowo juga terlihat mencoba menjangkau ke Sulawesi, seperti di Sulawesi Utara Sulawesi Selatan.
Lima provinsi dengan proporsi atau jumlah pengeluaran tertinggi dari keseluruhan iklan Prabowo adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, dan Sulawesi Utara. 


Pengeluaran iklan kampanye Ganjar terlihat sangat menonjol di Jawa Tengah, yang merupakan kandang dari Ganjar sendiri, dengan proporsi pengeluaran mencapai 13.83% atau Rp87,5 juta, kemudian disusul Jawa Timur, DKI Jakarta, Jawa Barat, juga Nusa Tenggara Timur. Strategi dari tim Ganjar nampaknya mencoba mempertahankan basis dukungan sambil mencoba ekspansi ke provinsi-provinsi lainnya. 

Sementara itu Anies-Cak Imin terlihat fokus melakukan upaya mobilisasi pendukungnya di provinsi dengan populasi padat seperti Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Jawa Tengah. 

Dari segi demografi, fokus dari iklan-iklan kampanye dari Anies terlihat terfokus pada pemilih-pemilih usia muda, yang bisa jadi strategis mengingat peran aktif mereka dalam dinamika sosial dan politik saat ini. Prabowo, dengan penargetan yang terfokus pada kelompok usia yang lebih tua, mungkin mencari dukungan dari demografis yang secara tradisional aktif dan memiliki suara yang kuat dalam pemilihan umum. Sementara itu, Ganjar Pranowo tampak mengambil pendekatan yang lebih inklusif, mencoba untuk menarik berbagai kelompok usia. 
Facebook masih menjadi platform primadona untuk menggaet calon pemilih. Ganjar Pranowo memfokuskan iklan-iklan kampanyenya di Instagram daripada di Facebook, kemungkinan berkorelasi dengan fokus demografi sebelumnya yang mencoba mengincar pemilih-pemilih usia muda. Sementara itu Anies Baswedan dengan pendekatannya yang merata baik di Facebook maupun di Instagram. Di sisi lain, Prabowo Subianto memfokuskan iklan-iklan kampanye dari halaman resminya ini hanya di platform Facebook.
Melalui sampel iklan yang paling sering ditampilkan, Prabowo lebih menonjolkan kedekatannya dengan Gubernur D.I Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono X dalam sebuah pertemuannya di Keraton Yogyakarta. Iklan tersebut tercatat diiklankan dua kali dalam kurun 90 hari. 
Anies terlihat lebih rileks dan berusaha dekat dengan anak muda lewat unggahan yang menyitir kesukaannya terhadap anime Attack on Titan. 
Sementara strategi Ganjar untuk menggaet anak muda adalah dengan menayangkan dua iklan soal program pendidikannya. Iklan tersebut tercatat masing-masing diunggah sebanyak 68 kali.
Saling Serang Kampanye Negatif 

Arya Priyadi mengikuti akun Instagram Amin Gak Aman, setelah salah satu unggahan akun muncul di layar ponselnya di masa kampanye Pemilu 2024 lalu. Akun tersebut mengunggah sejumlah video yang menyerang citra pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 1, Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar. 
 
“Akun ini menyajikan meme tentang lawan politik yang saya pilih,” katanya, Kamis, 29 Mei 2024. 
Sebagai “Anti Anies”, Arya tertarik dengan meme-meme yang ditampilkan. Hampir seluruh konten berbentuk video, disertai efek suara hingga animasi.
 
Menurutnya, informasi yang disajikan akun tersebut merupakan fakta. Meski beberapa iklan mengandung hoaks yang sudah pernah dibantah organisasi pemeriksa fakta. Namun demikian, pilihan Arya tak dipengaruhi Informasi dari akun tersebut. Pilihannya sudah mantap jauh sebelum masa kampanye resmi dimulai.
 
“Gubernur terbodoh versi Google sok-sokan ngasih nilai 11/100”, bunyi salah satu teks video iklan politik di halaman Facebook  Amin Gak Aman. Iklan tersebut menampilkan hasil pencarian Google untuk gubernur terbodoh merujuk kepada mantan gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. 


 
Iklan politik tersebut muncul di Facebook tiga hari setelah debat calon presiden ketiga. Dalam debat bertema pertahanan, keamanan dan hubungan geopolitik, Anies Baswedan mengkritik sejumlah kebijakan Kementerian Pertahanan. Anies memberi nilai 11 dari skala 100 performa lembaga yang dipimpin Prabowo Subianto tersebut.
 
Narasi iklan yang mengatakan “Anies Gubernur terbodoh versi Google”, masuk dalam kategori informasi menyesatkan. Masyarakat Anti Fitnah (Mafindo) sudah membantah narasi serupa yang pernah beredar di sosial media. Dalam pemeriksaan fakta Mafindo, Google tidak pernah menobatkan Anies sebagai gubernur terbodoh.
 
“Ulasan mengenai Anies sebagai gubernur terbodoh yang ditampilkan oleh Google, dipengaruhi oleh algoritma. Hal ini disebabkan karena banyaknya ulasan mengenai kata kunci tersebut, tulis Mafindo dalam video pemeriksaan fakta pada 8 September 2023. 
 
Selain itu, akun Amin gak Aman juga terdeteksi menerbitkan iklan politik mengandung hoaks. “Katanya anti ordal, tapi kok? Istri sendiri jadi Bunda Paud, Anies Baswedan kasih uang Rp 63 Miliar!!!!! Ciyeeee memanfaatkan ordal (orang dalam),” tulis akun Amin Gak Aman pada 26 Desember 2023. Terhadap narasi serupa, Mafindo juga sudah mengkategorikannya sebagai hoaks berulang dan dibantah di laman turnbackhoax.id pada Januari 2023.
 
Halaman Facebook Amien gak Aman juga memuat iklan kampanye negatif - beberapa diantaranya mengandung hoaks - untuk pasangan calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar. Akun yang dibuat sepekan jelang masa resmi kampanye pemilu 2024 tersebut, memasang iklan di platform Meta, Facebook dan Instagram.

Salah satu polanya yang muncul, iklan selalu berkaitan dengan debat kampanye presiden. 
Narasi yang dibangun seperti Anies menyindir luas lahan Prabowo menggunakan data yang salah, Anies tidak beretika, Cak Imin tidak mengerti kepanjangan SGIE (State of the Global Islamic Economy), Cak Imin hanya modal Slepet. 

Narasi berkaitan sosial agama dan ras juga coba dibangun seperti Anies pemecah belah umat, dan jika Anies berkuasa organisasi terlarang akan dibangkitkan. Iklan-iklan tersebut disebar menggunakan tagar seperti #Amingakaman, #Aniesgagal, #Aniesgubernurterbodoh, #cakiminmenyesatkan #Aniespenipu.
 
Penelusuran menggunakan alat transparansi iklan Meta menunjukkan, iklan di halaman Amin Gak Aman didanai dua perusahaan agensi iklan yaitu Matarasa Digital dan Sketsahouse. Informasi di laman perusahaan menyebut kedua agensi bergerak di bisnis pemasaran digital, rumah produksi, pengembangan website hingga public relation.
 
Kedua perusahaan ini mencantumkan nomor kontak dan alamat yang sama di penafian. Belakangan, setelah penetapan presiden dan wakil presiden terpilih, laman Matarasa Digital sudah berganti nama menjadi agensi iklan floothink, sementara laman Sketsahouse tak bisa diakses lagi.
 
Tak hanya bagi pasangan calon Anies – Muhaimin, kedua perusahaan ini juga tercatat mendanai iklan kampanye negatif dan penggiringan opini untuk pasangan calon nomor urut 3 Ganjar Pranowo – Mahfud MD lewat akun Gak Mau Sama Gamud. Salah satu iklan yang diproduksi menggunakan potongan video Ganjar saat tampil di podcast Deddy Corbuzier.
 
Pernyataan Ganjar “suka video porno” digabung dengan penggalan video penjelasan dokter bahaya kecanduan pornografi. Ada juga iklan parodi Mahfud MD seolah-olah tampil di acara ajang pencarian bakat, lalu ditambahkan narasi “Mahfud dapat golden tiket mundur dari kabinet,”. 
 
Konten negatif yang diiklankan Matarasa Digital dan Sketsahouse berbentuk video berdurasi 15 detik hingga maksimal satu menit. Video yang dipakai kebanyakan penggalan video debat kampanye hingga video yang tidak jelas sumbernya. Konten diproduksi menggunakan template khusus, beberapa ditambahkan efek suara maupun animasi. 
 
Matarasa Digital adalah salah satu dari 164 jejaring pengiklan yang mengkampanyekan program dan memoles citra pasangan calon presiden terpilih, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming di Meta. Perusahaan tersebut mengkampanyekan Prabowo - Gibran lewat lima laman Facebook yaitu Barisan Pagi 02, Generasi Gemoy Indonesia, Waktunya Indonesia Maju, Pemilu Damai Pemilih Pandai dan BraderGibs. 

Belanja iklan politik Matarasa Digital mencapai Rp300 juta selama November 2023 – Februari 2024 untuk tujuh akun yang dikelola. Sementara khusus halaman Amin gak Aman dan Gak Mau Sama Gamud, Matarasa Digital dan Sketsa house mengeluarkan Rp16,3 juta untuk iklan kampanye negatif.

Selain akun resmi yang didaftarkan kandidat ke KPU, jaringan pengiklan terbanyak yang bekerja membangun citra Prabowo-Gibran didanai Partai Solidaritas Indonesia, Yayasan Golkar Institute, Aditia Ramdani, dan PT. Click Biz Indonesia.

Selain Matarasa digital, agensi iklan yang terdeteksi mengiklankan konten kampanye negatif dan mengandung hoaks adalah Pasar Klik. Berdasarkan analisis konten yang diiklankan, Pasar Klik bekerja sama dengan agensi iklan Suara Digital memasang iklan politik mengandung hoaks. 

Tak banyak informasi tentang kedua perusahaan di laman resminya. Alamat website yang dicantumkan Suara Digital di penafian justru tertuju ke laman perusahaan berbeda. Sementara Pasar Klik dalam laman resminya memuat informasi sebatas layanan, alamat email dan kontak perusahaan. 

“Perusahaan kami telah menemukan cara untuk memenangkan pertarungan yang sulit, naik turun pemungutan suara. Tapi kami lebih dari ahli strategi politik, kami adalah pendongeng,” tulis Pasar Klik di laman website pasarklik.com. 

Pasca Pemilu 2024, kini Pasar Klik mulai memasang iklan politik untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024. Lewat dua laman Suaramimika dan Mimikaviral, Pasar Klik mendanai iklan politik yang menyerang mantan Bupati Mimika Eltinus Omaleng dan Plt Bupati Mimika Yohannes Rettob.

Penelusuran kepemilikan domain Pasar Klik dan Suara Digital lewat platform Whois.com menunjukkan keduanya terhubung dengan Golkar Institute. Keduanya sama-sama mencantumkan Golkar Institute yang beralamat di DKI Jakarta sebagai organisasi pendaftar domain pasarklik.com dan suaradigital.co.
 
Tim kolaborasi berusaha mengkonfirmasi temuan kepada Golkar Institute. Namun permohonan wawancara yang disampaikan tidak berbalas. Sementara permohonan wawancara kepada Matarasa Digital ditolak manajemen perusahaan. “Kami belum bisa support untuk wawancara ini karena satu dan lain hal,” tulis marketing Matarasa Digital Abela Felicia lewat pesan singkat.

Jejaring Halaman Iklan Kampanye Negatif
 
Tim liputan mencoba menganalisis iklan kampanye politik calon presiden di platform Meta dalam Pemilu 2024. Analisis berfokus pada iklan-iklan kategori politik yang ditayangkan di Indonesia dengan kata kunci nama ketiga calon presiden; Anies, Prabowo, dan Ganjar. Periode penayangan Iklan yang dianalisis mengambil rentang waktu 1 Januari 2023 sampai 31 Januari 2024. 

Hasilnya menunjukkan terdapat 894 jaringan pengiklan di Meta yang terindikasi mendanai iklan politik untuk ketiga pasang calon. Iklan politik terkait Prabowo – Gibran mendominasi belanja iklan di Facebook yaitu mencapai Rp28,6 miliar. Sementara iklan terkait Ganjar Pranowo – Mahfud MD hanya berkisar Rp9,9 miliar dan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar Rp5,2 miliar. 

Dari seluruh pengiklan, 36 jejaring pengiklan terindikasi menggelontorkan uang untuk kampanye negatif dan hoaks di Meta. Total belanja iklan kampanye negatif mencapai Rp2,6 miliar di Meta. Beberapa pengiklan merupakan agensi iklan, pendengung politik hingga akun-akun anonim.
 
Visualisasi Jejaring Pengiklan Kampanye Negatif 
<iframe src="https://embed.kumu.io/1cc78819241abce9deafa272a9df35f0" width="940" height="600" frameborder="0"></iframe>
 
Analisis konten dan penafian di Facebook menunjukkan pengiklan-pengiklan tersebut masih terhubung dengan masing-masing pasangan calon. Selain empat pengiklan yang sudah dijelaskan di atas, pengiklan lain yang diduga terafiliasi dengan Prabowo-Gibran adalah pengiklan Lembar Suara dan Orang Dalam. Kedua pengiklan ini menyerang Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud. Keduanya memasang nomor kontak yang sama di penafian. 
 
Pasangan Prabowo-Gibran juga menjadi bulan-bulanan kampanye negatif dan hoaks di Meta. Beberapa pengiklan yang memasang kampanye negatif terhadap Prabowo-Gibran masih terhubung dengan Ganjar Pranowo. 
 
Pengiklan Rumah Opini hanya satu dari 117 jaringan pengiklan yang mengkampanyekan Ganjar-Mahfud. Analisis konten Rumah Opini di 26 halaman Facebook menunjukkan pengiklan tersebut mendanai kampanye negatif untuk Prabowo-Gibran dan kampanye positif bagi Ganjar-Mahfud. 

Konten-konten yang diiklankan Rumah Opini berbentuk tulisan opini. Opini menyerang terhadap Prabowo-Gibran dan opini positif terhadap Ganjar - Mahfud ditulis sejumlah pemengaruh politik di Facebook seperti Septian Raharjo, Riski Aryani, Sobar Harahap, Nikmatul Sugiyarto. 
 
Rumah Opini mendanai iklan politik di halaman resmi Ganjar Pranowo. Beberapa pengiklan yang masih berelasi dengan Rumah Opini seperti Bayu Wicaksono, Indonesia Satu, Dwi Wantoro, Juniar Dwi Harianto, Ganjar Nusantara dan Opini 2024. Nama-nama tersebut merupakan jejaring pengiklan Ganjar Pranowo dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
 
Tak banyak informasi berarti di penafian terkait Rumah Opini. Situs web yang dicantumkan tidak bisa dibuka. Alamatnya hanya tercantum Sukoharjo, Jawa Tengah. Belanja iklan Rumah Opini dalam rentang waktu Agustus 2023 – Februari 2024 mencapai Rp427 juta.
 
Iklan kampanye negatif terhadap pasangan Prabowo – Gibran juga didanai pengiklan yang mengendorse Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar seperti dalam akun Publikberhaktau  dan Publik Bertopeng. Pengiklan ini mendanai konten berisi janji kampanye Anies berjudul mewujudkan terang bersama Anies.  
 
Namun, analisis konten menunjukkan kedua pengiklan lebih banyak memproduksi kampanye negatif untuk Prabowo – Gibran dengan menggaungkan tagar #AsalBukanPrabowo. Publikberhaktau memakai nomor kontak yang sama dengan pengiklan halaman Overheadkonoha di penafian. 
 
Sementara alamat email Publikberhaktau sama dengan pengiklan wakandanomics. Nomor kontak yang dicantumkan wakandanomics juga sama dengan kontak pengiklan lain, wakandaforever.

Artinya, ke lima pengiklan tersebut merupakan orang yang sama. Konten yang diiklankan juga sama, mulai dari performa debat Prabowo - Gibran, kritik program food estate, hingga cawe-cawe Jokowi. 

Pengiklan ini serentak memakai liputan media seperti Tempo, serta film dokumenter Dirty Vote sebagai bahan kampanye negatif. Ke lima pengiklan yang beralamat di Jakarta dan Depok tersebut menghabiskan Rp627 juta selama periode September 2023 – Februari 2024.

Wakandanomics tak hanya mengiklankan konten yang berisi kritik terhadap Prabowo – Gibran dan Jokowi. Pengiklan ini mendanai penyebaran konten hoaks yang diproduksi laman berita bernama Rapot Hitam. Laman berita Rapot Hitam juga berisi berita dari berbagai media, khususnya berita negatif mengenai Prabowo dan Jokowi.

Tim kolaborasi mengontak salah satu nomor yang tertera di penafian. Salah satu pemilik nomor, Ruben, bukan nama sebenarnya, mengaku pernah direkrut menjadi bagian tim kampanye Anies – Muhaimin dibawah agensi pemasaran digital, Instadoc. Ia adalah seorang produser film yang memutuskan bergabung dengan tim Amin. 

Namun, ia mengaku tidak mengetahui keberadaan akun Publikberhaktahu, Publik Bertopeng, Wandanomics, Wakanda Forever, dan Overheardkonoha. Menurutnya, nomor kontaknya dipakai oleh akun-akun tersebut tanpa sepengetahuannya.
 
“Benar tim kita terkoordinasi dan punya porsi masing-masing. Kebetulan saya hanya menjalankan hard selling untuk penggalangan dana dengan cara-cara humanis. Saya hanya terlibat melakukan penjualan merchandise dari acara Desak Anies. Keuntungannya kita pakai untuk bantu biaya kampanye,” katanya, pada 8 Juni 2024.
 
Akun-akun anonim lain juga terpantau mengiklankan konten yang sama persis dengan jejaring pengiklan wakandanomics. Akun- akun tersebut adalah Suara Reformasi, Persepsi Politik, Sekutu Peradaban, Persepsi Bento, Gaung Aktivis, dan Opini Publik. 
 
Keenam pengiklan tersebut mencantumkan nomor kontak dan alamat email yang sama di penafian. Total belanja pengiklan mencapai Rp377 juta selama periode Agustus 2023 – Februari 2024.

Tim kolaborasi mengonfirmasi temuan terkait kampanye negatif dan hoaks kepada masing-masing tim kampanye pasangan calon. Namun tak satupun dari ketiga tim kampanye merespon pertanyaan yang dikirim ke masing-masing tim.


Artikel ini merupakan hasil liputan kolaborasi tim Deduktif.id, Project Multatuli, dan Jaring.id

Editor: Aditya Widya Putri